X

Pengertian Capital Loss dan Capital Gain Terlengkap

Ingin bermain saham namun belum mengetahui tentang seluk beluk saham? Ada beberapa hal mendasar termasuk tips agar berhasil yang harus diketahui dan dipahami agar bermain saham atau berbagai jenis jenis reksa dana menjadi keuntungan bukan sebaliknya justru merugikan. Ketahui terlebih dahulu tentang perbedaan saham dan obligasi, lalu pelajari tentang pengertian capital gain dan capital loss. Setelah mengetahui kedua hal tersebut maka Anda bisa memulai untuk bermain saham atau mencari tahu lebih lanjut tentang pasar saham.

Keputusan untuk mewujudkan capital gain atau capital loss bisa diukur sesuai panduan investasi. Ada policy (kebijakan) tentang waktu potential gain dan potential loss yang harus diwujudkan serta perbedaan biaya dan beban dalam akuntansi tertentu. Kebijakan capital loss tidak boleh lebih dari 10 persen. Misalnya, harga saham EFG turun sebesar 10 persen maka para pemodal wajib (harus) menjual saham atau mewujudkan kerugiannya agar tidak semakin merugi karena saham bisa lebih turun lagi.

Sama halnya dengan mewujudkan potential gain. Jika kebijakan yang tertera menyatakan bahwa potential gain harus diwujudkan sebesar 30 persen, maka saat saham itu naik sebesar 30 persen maka saham itu harus dijual terlebih dulu karena bisa jadi saham itu justru akan menurun seketika harganya. Ada kebijakan lainnya yang mengharuskan investor untuk membeli saham itu lagi dengan harga yang lebih tinggi sehingga para investor harus memperhatikan kebijakan dengan teliti. Kasus seperti itu umum terjadi yakni saat investor membeli lagi saham pada harga yang lebih tinggi walau baru saja menjualnya dengan harga yang lebih rendah. Fungsi akuntansi biaya memiliki peran dalam transkasi saham sehingga harus benar-benar diperhatikan.

Capital Gain

Capital Gain adalah pendapatan dari saham yang berasal dari selisih antara harga beli dan harga jual dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Contohnya, investor C membeli saham XYZ dengan harga per lembar saham Rp 4.000, kemudian ia menjual lagi dengan harga per lembar saham Rp 4.500 berarti pemodal itu memperoleh capital gain sebesar Rp 500 untuk setiap lembar saham yang dijualnya. Para investor dengan tujuan investasi jangka pendek pasti mengejar keuntungan melalui capital gain. Contohnya, investor D membeli saham pada pagi hari kemudian menjualnya kembali pada siang hari jika harga saham naik.

Contoh kasus berikut ini mungkin akan membuat Anda lebih paham tentang capital gain. A membeli saham PT Aiueo melalui broker dengan harga Rp3.200 sebanyak 50 lot. Harga saham tersebut naik hingga Rp3.500 atau naik sebesar Rp 300 atau lebih besar dari nilai beli. A belum dapat keuntungan karena keuntungan itu masih di atas kertas karena kenaikan harga saham atau belum keuntungan sebenarnya. A hanya memperoleh potential gain sebesar Rp300. Jika A menjual saham ke pasar dan terjual dengan harga Rp3.500 disertai dengan perolehan penjualan saham (good fund) maka pada kondisi A telah benar-benar memperoleh capital gain. Selama A belum menjual ke pasar maka A belum mendapat untung. Harga Rp3.500 itu bisa terus bergerak naik atau turun.

Capital Loss

Capital Loss yaitu kebalikan dari Capital Gain,  kondisi saat investor menjual saham dengan harga lebih rendah dari harga beli. Contohnya investor C membeli saham XYZ pada harga Rp7.000 per saham dan menjualnya lagi pada harga Rp 6.000 per saham maka si C merugi atau memperoleh capital loss sebesar Rp 1.000 per saham. Pada kondisi tertentu, investor harus menjual saham dengan harga yang lebih rendah dari harga beli sehingga memperoleh capital loss. Contohnya investor D membeli saham RST dengan harga Rp 6.000, namun ia harus menjual saham itu dengan harga Rp 8.000 per lembar sehingga ia memperoleh capital loss Rp 2.000 per lembar saham yang dijual. [AdSende-B]

Contoh kasus berikut ini  akan membuat Anda lebih paham tentang capital loss. B membeli saham PT RAK melalui broker dengan harga Rp2.200 sebanyak 100 lot. Namun ternyata harga saham tersebut turun drastis hingga Rp1.500 atau turun sebesar Rp 700 atau lebih besar dari nilai beli. B belum merugi karena keuntungan itu masih di atas kertas karena penurunan harga saham. Jika B menjual saham ke pasar dan terjual dengan harga Rp1.500 karena butuh uang dalam waktu cepat maka B  memperoleh capital loss secara nyata.

Saham (stock) adalah instrumen pasar keuangan yang paling digemari oleh masyarakat. Penerbitan saham menjadi salah satu cara perusahaan untuk memperoleh dana tambahan untuk perusahaan terutama jika ingin melakukan ekspansi usaha. Kepopuleran saham juga menjadi inspirasi bagi para pemilik (direktur) perusahaan untuk menambah modal dan faktor yang mempengaruhi kompensasi dengan cara yang cukup mudah.

Saham banyak dipilih oleh para investor untuk menambah modal karena saham bisa memberi tingkat keuntungan yang menarik. Pengertian modal dan jenis jenis modal harus dipahami dengan baik. Saham merupakan bentuk penyertaan modal seseorang (pihak) atau badan usaha dalam sebuah perusahaan atau perseroan terbatas yang menerbitkan saham. Dengan keikutsertaan dalam saham maka pihak atau badan usaha itu memiliki hak untuk klaim pendapatan perusahaan yang berupa keuntungan atau justru kerugian. Namun perusahaan atau individu juga harus memperhatikan tentang biaya-biaya yang dibutuhkan dalam bermain saham dan membuat catatan atas laporan keuangan. Bagian keuangan pasti tahu betul tentang tujuan akuntasi biaya sehingga semua pencatatan transaksi bisa dilakukan dengan benar.

Klaim penyertaan secara langsung itu termasuk aset perusahaan dan hak untuk hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Namun jika penyertaan modal dilakukan dengan pembelian saham melalui pasar sekunder (secara tidak langsung) maka individu atau badan usaha itu tidak punya hak untuk hadir dalam RUPS. Para investor tidak langsung itu hanya perlu memantau kondisi perusahaan melalui bursa saham untuk melihat apakah harga saham naik atau turun.

Hal yang harus tetap diingat adalah saham tidak selalu menghasilkan keuntungan layaknya perdagangan pada umumnya. Jangan salah persepsi dengan menganggap investasi dengan membeli saham itu pasti untung. Layaknya perdagangan pada umumnya, harga saham bisa naik tetapi juga bisa turun. Kenaikan harga saham membuat investor memperoleh potential gain, namun sebaliknya penurunan harga membuat investor memperoleh potential loss. Potensial berarti keuntungan yang didapat hanya di atas kertas karena belum berbentuk keuntungan riil. Keuntungan riil akan dinikmati investor jika investor sudah menjual saham yang mahal harganya tersebut karena sudah mengalami kenaikan. Bermain saham mempengaruhi siklus akuntansi biaya perusahaan.

Harga saham selalu berubah-ubah karena karakter inilah banyak investor yang fanatik dengan satu jenis saham sebab mungkin sudah paham dengan fluktuasi dan pengertian holding company. Biasanya orang fanatik seperti itu hanya bermain pada satu jenis saham yang likuid dan bagus secara fundamental. Jika harga sedang turun pasti akan dibeli, sebaliknya jika harga naik pasti akan dijual, hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Ilustrasi untuk harga saham yang turun berikut ini agar lebih mudah dipahami. Saat harga saham turun maka investor mengalami potensial loss.

Misalnya saham Aiueo yang dibeli oleh B turun menjadi Rp2.000 maka B mengalami potential loss. B memperoleh potensi rugi sebesar Rp200 per saham karena saham telah dibeli pada harga Rp2.200. Sebenarnya B belum merugi karena rugi itu jika sudah menjual saham Aiueo yang dibeli seharga Rp2.000. Keputusan untuk merelakan potential loss menjadi nyata dipengaruhi oleh banyak faktor. B menjual saham karena akan membeli saham lain yang lebih prospektif atau mungkin si B butuh dana cepat secara mendadak.

Categories: Akuntansi Keuangan