Sebuah proses akuntansi pasti menghasilkan laporan keuangan. Siapapun yang membaca laporan keuangan bisa mengetahui kondisi keuangan perusahaan kalau benar-benar memahami laporan keuangan tersebut. Pada kenyataannya tidak banyak yang memahami logika laporan keuangan karena setiap orang berasal dari kalangan yang berbeda-beda atau dari luar akuntansi dan keuangan. Akuntan yang membuat laporan keuangan juga terkadang tidak memahami logika di balik catatan atas laporan keuangan.
Mungkin kenyataan seperti ini terjadi karena hal-hal yang diajarkan di kampus lebih cara membuat laporan keuangan daripada fungsi laporan keuangan atau manfaat laporan keuangan sehingga output yang dihasilkan hanya bisa membuat jurnal dan unsur unsur laporan keuangan lainnya tetapi tidak memahami logika atau korelasi dari pencatatan transaksi keuangan terhadap kondisi riil perusahaan.
Berikut ini 4 pertanyaan pokok yang biasa diajukan terkait kondisi perusahaan yang dilihat dari laporan keuangan.
- Angka pendapatan tinggi, tetapi kenapa Laporan Laba Rugi hanya menunjukkan laba yang sangat kecil? Jangan segera menjawab karena biaya yang dikeluarkan perusahaan tinggi. Hati-hati karena bisa terjebak dengan jawaban itu.
- Angka penjualan rendah, tetapi kenapa Laporan Laba Rugi menunjukkan angka minus atau rugi? Biasanya orang berpikir bahwa penjualan yang rendah akibat aktivitas produksi juga rendah sehingga seharusnya tidak rugi.
- Penjualan begitu tinggi, tetapi kenapa Laporan Laba Rugi menunjukkan jumlah laba yang signifikan? Ternyata banyak vendor (supplier) mengeluhkan keterlambatan pembayaran, padahal seharusnya pendapatan yang tinggi memudahkan pembayaran berbagai biaya.
- Ekuitas Pemilik menunjukkan peningkatan yang besar, tetapi kenapa tidak ada dividen yang bisa dibagikan kepada pemegang saham?
Keempat pertanyaan tersebut membutuhkan logika berdasarkan prinsip prinsip akuntansi yang sederhana. Tetapi saat ditanya, akuntan akan sering tidak bisa menjelaskan dengan baik. Jika para akuntan memahami logika-logika dari sebuah laporan keuangan, mereka bisa memberi saran dan masukan bagi manajemen tentang hal-hal yang perlu (atau tidak perlu) dilakukan pada masa-masa yang akan datang agar tidak terjadi masalah yang sama lagi. Coba tempatkan diri sebagai pemilik perusahaan. 2 hal berikut ini pasti menjadi perhatian utama yang dilihat dari jenis jenis laporan keuangan.
1. Kekayaan Perusahaan
Pemilik perusahaan pasti ingin tahu kondisi perusahaannya, apakah bisa terus beroperasi atau tidak? Itulah yang menjadi fokus utama para pemilik perusahaan. Perusahaan hanya bisa lancar beroperasi bila:
- Kas cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional harian
- Kas cukup untuk memenuhi kewajiban-kewajiban, yaitu utang kepada vendor/supplier, bank, dan membayar dividen kepada pemegang saham
- Persediaan bahan baku untuk produksi atau barang jadi untuk dijual
- Sarana dan fasilitas yang cukup untuk menunjang kelancaran operasional perusahaan
Perusahaan yang kekayaannya cukup untuk beroperasi dengan lancar bisa dilihat di Neraca yang sering disebut sebagai “Laporan Posisi Keuangan.” Isi utama neraca adalah
Aktiva (Asset) = Kewajiban (Liability) + Ekuitas Pemilik (Equity)
Kekayaan kotor perusahaan sama dengan total nilai aktiva (asset). Total nilai aktiva dikurangi dengan total kewajiban (utang) disebut “Kekayaan Bersih (Net Asset atau Net Worth)” perusahaan. Perhatikan elemen-elemen neraca yang lebih kecil agar bisa menjawab pertanyaan no 1 di atas. Pada sisi aktiva jika akun “Kas” saldonya lebih kecil dari akun “Utang Dagang” di sisi sisi Kewajiban berarti perusahaan mengalami defisit (kekurangan) sehingga banyak vendor yang mengalami penundaan pembayaran.
Neraca sudah dirancang sehingga bisa menjawab semua pertanyaan. Ternyata asset menumpuk di akun “Piutang” sehingga pertanyaan “mengapa” sudah terjawab. Perusahaan harus mencari cara untuk mengatasi piutang yang belum terlunasi. Manajemen perusahaan harus memfokuskan perhatian pada proses penagihan piutang dengan menawarkan potongan untuk pembayaran lebih awal. Untuk mencegah terjadinya piutang pada masa yang akan datang, manajemen harus mengubah kebijakan kredit.
Ketersediaan kas dan pengalokasiannya bisa dilihat di Laporan Arus Kas. Untuk perusahaan yang sudah Go Publik harus ada laporan arus kas, sedangkan untuk perusahaan nonpublik boleh tidak ada. Mengapa? Karena Laporan Arus Kas hanya menampilkan rincian lebih detail dari akun “Kas” di Neraca. Pada dasarnya, nilai akhir dari laporan arus kas sama dengan saldo yang ada di akun “Kas” neraca.
2. Perusahaan Untung atau Rugi
Untuk mengetahui seberapa besar kekayaan perusahaan, kemampuan untuk melunasi utang-utang belum cukup. Pemilik perusahaan juga ingin tahu:
- Apakah bulan/tahun ini untung atau rugi? Jika rugi, mengapa?
- Apakah kegiatan operasional perusahaan berjalan dengan efisien atau boros?
- Apakah sumber daya perusahaan lebih banyak digunakan untuk aktivitas yang menghasilkan barang/jasa atau untuk hal-hal di luar itu?
Untung atau rugi perusahaan bisa dilihat melalui laporan laba rugi. Selain neraca, pemilik perusahaan biasanya akan memperhatikan cara menghitung laporan laba rugi juga. Setelah memahami tentang fungsi laporan keuangan pasti akan mudah untuk melakukan berbagai kebijakan atau kegiatan untuk perusahaan.