Akuntansi memiliki pengertian yang cukup luas. Hal ini bukan hanya soal pencatatan atau penjurnalan semata. Akuntansi pun dibagi menjadi bermacam-macam jenis, mulai dari Akuntansi Keuangan, Akuntansi Manajemen, Akuntansi Pajak dan lain-lain. Kali ini akan dibahas mengenai Akuntansi Persediaan. Namun alangkah lebih baik ketika kita memahami pengertian akuntansi itu sendiri dilihat dari pengertian beberapa ahli dan sumber.
(Baca juga: Manfaat Akuntansi Manajemen)
Akuntansi Persediaan
Pengertian Akuntansi Persediaan oleh setiap ahli dan sumber-sumber tertentu berbeda-beda tetapi memiliki arti yang sama. Beberapa referensi pengertian akuntansi persediaan menurut para ahli adalah sebagai berikut:
- PSAK No 14 tahun 2007 menyatakan persediaan sebagai aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, dalam proses produksi, dan atau dalam perjalanan atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
- Schroeder (2000:4) menyatakan persediaan sebagai stok bahan yang digunakan untuk memudahkan produksi atau untuk memuaskan permintaan pelanggan.
- Rangkuti (2004:1) persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.
- Johns dan Harding (2001:71) menyatakan persediaan sebagai keputusan investasi yang penting sehingga memerlukan kehati-hatian.
- Kusuma (2009:132) menyatakan persediaan sebagai barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada periode mendatang.
- Prawirosentono (2005:83) menyatakan pengertian persediaan dalam dua sudut pandang, tergantung perusahaan itu sendiri. Dari sudut perusahaan manufaktur, persediaan dipahami sebagai simpanan bahan baku dan barang setengah jadi (work in proses) untuk diproses menjadi barang jadi (finished goods) yang mempunyai nilai tambah lebih besar secara ekonomis, untuk selanjutnya dijual kepada pihak ketiga (konsumen). Sedangkan dari sudut perusahaan dagang, persediaan merupakan simpanan sejumlah barang jadi yang siap dijual pada konsumen.
- Mulyadi (2001:553) menyatakan definisi persediaan sebagai barang-barang yang dimiliki atau disimpan di perusahaan yang terdiri dari produk jadi, produk dalam proses, bahan baku, bahan penolong, bahan habis pakai, suku cadang, dan sebagainya yang dimaksudkan untuk dijual kembali.
- Sarwoko (1999:27) berpendapat persediaan sebagai barang dagang akuntansi sebagai semua jenis barang yang dimiliki atau disimpan untuk dijual lagi oleh perusahaan bersangkutan.
- Sofjan Assauri (2004:169) berpendapat persediaan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan yang tujuannya untuk dijual dalam satu periode usaha normal atau bisa berbentuk persediaan barang baku atau barang mentah yang penggunaannya masih mengantri dalam suatu proses produksi.
Definisi Akuntansi Persediaan
Ketika kita sudah memahami pengertian fungsi akuntansi biaya, setidaknya merangkum dari beberapa pengertian para ahli di bidangnya, lantas kita akan beralih pada Akuntansi Persediaan. Definisi dari Akuntansi Persediaan sendiri lebih mengarah dan terfokus pada kata persediaan atau inventori.
(Baca juga: Sistem Akuntansi Biaya Perusahaan)
Persediaan atau inventori dipahami sebagai barang yang disimpan atau dijaga guna keperluan dijual dalam siklus bisnis normal. Persediaan ini bermacam-macam bentuknya, tergantuk jenis perusahaan itu sendiri. Pada perusahaan manufaktur, persediaan bisa berupa barang mentah sebelum diolah, barang setengah jadi, sampai barang jadi. Sementara pada perusahaan jasa, persediaan ini tidak nampak jelas karena mereka mengolah jasa sebagai aset utama. Lain halnya pada perusahaan dagang yang harus memastikan punya persediaan. Kegiatan utama mereka sendiri adalah membeli produk dari produsen dan menjual atau menyalurkannya ke konsumen.
(Baca juga: Unsur-unsur Laporan Keuangan)
Meskipun hanya simpanan, persediaan ternyata memiliki pengaruh terhadap biaya produksi secara keseluruhan. Hal ini timbul karena penyimpanan persediaan ternyata dianggap memakan biaya karena penggunaan space dalam waktu tertentu bisa memengaruhi biaya operasional. Maka dari itu penting untuk dilakukan penilaian terhadap persediaan yang dimiliki perusahaan.
Apa Tujuan Penilaian Persediaan?
Mengapa persediaan penting untuk disadari keberadaannya? Jawabannya karena adanya persediaan akan memengaruhi nilai atau harga pokok produk akhir. Bahkan, dalam fungsi buku besar, cara membuat neraca lajur dan penyusunan laporan keuangan, nilai persediaan akan sangat memengaruhi laba atau rugi operasional hingga berkontribusi dalam penyusunan neraca. Kesalahan dalam penghitungan persediaan juga bisa berakibat fatal dalam penentuan harga pokok produk. Perlu diketahui juga rumus harga pokok produk atau HPP adalah sebagai berikut:
Harga Pokok Produk (HPP) = Persediaan Awal + Pembelian Bersih – Persediaan Akhir
(Baca juga: Fungsi Buku Besar dalam Akuntansi)
Setidaknya, ada tiga tujuan utama dari aktivitas penilaian persediaan. Tujuan tersebut antara lain:
- Menyajikan informasi kepada perusahaan menyangkut berapa nilai produk yang sudah dihasilkan atau diproduksi. Nilai ini didapatkan dari selisih nilai perusahaan dengan aset tertentu vs tanpa aset tertentu.
- Untuk menghitung laba dan rugi dengan melakukan pembandingan antara biaya pokok dengan pendapatan yang berkaitan dengan harga pokok produk itu.
- Menyajikan informasi mengenai persediaan guna meramalkan aliran kas di masa mendatang baik oleh investor maupun pengguna laporan keuangan lainnya.
(Baca juga: Tujuan Akuntansi Biaya)
Klasifikasi Persediaan
Klasifikasi persediaan hanya bisa dilakukan untuk perusahaan dagang atau manufaktur jasa. Pada perusahaan jasa, tidak tersedia klasifikasi persediaan karena yang didapatkan, disimpan, diolah, dan dijual bukan dalam bentuk barang. Klasifikasi persediaan sendiri dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
(Baca Juga: Sistem Akuntansi Biaya)
- Barang dagangan. Barang ini merupakan barang yang didapatkan langsung oleh perusahaan dari produsen utama untuk kemudian dijual kembali. Barang dagangan tidak mendapat sentuhan olahan langsung dari perusahaan yang menjualnya ke konsumen akhir. Warung dan toko retail adalah contoh perusahaan atau badan usaha yang memiliki klasifikasi persediaan barang dagangan.
- Bahan baku. Barang ini disebut juga sebagai barang mentah atau barang yang belum mengalami proses pengolahan untuk menjadi produk tertentu yang akhirnya dijual ke konsumen. Misalkan pada perusahaan roti, klasifikasi persediaan bahan baku ini bisa berupa tepung, telur, gula, dan bahan-bahan pembuat roti lainnya.
- Bahan pembantu. Tipe barang ini merupakan barang yang sifatnya tidak menjadi persediaan utama tetapi sebagai pelengkap produk akhir yang akan dijual. Barang pembantu juga wajib diperhitungkan keberadaannya karena juga akan memengaruhi nilai akhir produk jadi. Misalkan pada pabrik roti dibutuhkan klasifikasi persediaan plastik dan label sebagai bahan pembantu untuk membungkus dan melabeli produk roti yang sudah jadi. (Baca juga: Cara Membuat Laporan Laba Rugi)
- Barang dalam proses atau barang setengah jadi. Sering kali dalam satu kali produksi, ada beberapa barang yang belum sampai pada tahap akhir atau belum menjadi barang jadi. Hal ini terjadi karena banyak faktor dan yang paling sering adalah karena bahan baku pembuatnya kurang atau habis. Klasifikasi persediaan ini juga dianggap penting dalam akuntansi terutama ketika sudah melewati satu periode produksi guna pencatatan harga pokok produk yang riil. (Baca juga: Sistem Pencatatan Kas Kecil)
- Barang jadi. Inilah produk yang sudah benar-benar selesai diproduksi dan siap untuk dipasarkan. Biaya-biaya yang terserap dalam produk ini bukan semata dari bahan baku saja tetapi juga biaya lain-lain seperti biaya bahan pembantu, biaya listrik, biaya penggunaan mesin, dan lain-lain.
Masalah Seputar Kepemilikan Persediaan
Sebuah produk boleh diklaim sebagai persediaan perusahaan ketika statusnya benar-benar dimiliki perusahaan, tidak melihat lokasi di mana produk tersebut di simpan. Sayangnya, terkait hal ini terdapat masalah mengenai kepemilikan persediaan, apakah produk tersebut benar-benar milik perusahaan, sedang dalam perjalanan menuju kepemilikan konsumen, atau sudah menjadi milik konsumen.
(Baca juga: Prinsip-prinsip Akuntansi)
- Barang dalam perjalanan, adalah kondisi dimana barang tersebut tidak diketahui siapa pemiliknya, perusahaan atau konsumen. Maka dalam menentukan saldo persediaan di satu periode, jumlah barang dagang dalam perjalanan harus dicatat.
- Barang konsinyasi, atau barang yang disimpan oleh perusahaan lain (bukan produsen) namun mereka tidak harus menjual barang tersebut. Sampai akhirnya barang tersebut berhasil dijual kepada konsumen, barang tersebut dalam status konsinyasi.
Dari penjabaran informasi di atas, bisa kita tarik kesimpulan bahwa persediaan merupakan barang produksi, baik dalam status mentah, setengah jadi, maupun barang jadi, yang disimpan dengan tujuan untuk dijual atau disalurkan ke pihak ketiga. Banyaknya unit dan durasi penyimpanan persediaan akan memengaruhi biaya operasional secara keseluruhan. Maka dari itu penting untuk dilakukan penilaian sehingga barang persediaan bisa mengalir dan tidak hanya stuck di dalam gudang dan menimbulkan biaya penyimpanan yang bisa merugikan perusahaan. Penilaian yang teliti akan membantu perusahaan dalam menentukan unit produksi secara tepat dan tidak berlebihan guna mengurangi biaya penyimpanan di gudang dan menekan biaya produksi.
(Baca juga: Sistem Pengendalian Manajemen Sektor Publik)
Demikianlah sekilas informasi yang bisa kami berikan terkait pengertian akuntansi persediaan secara singkat. Semoga informasi ini bisa membantu pembaca dalam memahami akuntansi persediaan.