Dalam perusahaan manufaktur yang memproduksi barang sangat penting unsur harga pokok produksi. Selain untuk mengontrol sistem produksi dalam suatu produksi. Juga sangat penting dalam menghitung laba atau rugi perusahaan dalam produksi produk.
Baca juga :
- Pengertian Kas Kecil Menurut Para Ahli
- Pengertian Pendiskontoan Wesel
- Pengertian Persamaan Dasar Akuntansi
Harga Pokok Produksi Menurut Ahli
Banyak ahli yang menjelaskan harga pokok produksi tersebut dengan definisi yang sama sekali berbeda. Selain pendekatan yang dilakukan oleh para ahli tersebut berbeda juga metode dalam mengartikan harga pokok produksi tersebut juga sangat berbeda. Berikut adalah beberapa ahli yang menjelaskan harga pokok produksi:
1. Supriyono (2000:288)
“Harga pokok produksi adalah elemen biaya yang diproduksi baik tetap (fix Cost) maupun variabel (Variable Cost)”. Beliau menjelaskan dengan simple, pokoknya semua unsur biaya yang melekat pada produksi barang tidak memandang biaya tersebut biaya tetap ataupun variabel yang cenderung naik turun sesuai dengan kapasitas barang yang diproduksi. (Baca juga : Pengertian Akuntansi Piutang)
2. Bastian Bustami dan Nurlela (2010:49)
“Harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi dalam proses awal dan dikurangi persedian produk dalam proses akhir. Harga pokok produksi terikat pada periode waktu tertentu. Harga pokok produksi akan sama dengan biaya produksi apabila tidak ada persediaan produk dalam proses awal dan akhir”. Dalam definisi ini Bastian Bustami dan Nurlela menjelaskan bahwa harga pokok produksi berbeda dengan biaya produksi. Namun jika persediaan awal dan persediaan akhirnya tidak ada maka kedua unsur biaya ini adalah sama. (Baca juga : Pengertian Akuntansi Persediaan)
3. T. Horngren (2008)
“Harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli untuk diproses sampai selesai, baik sebelum maupun selama periode akuntansi berjalan”. Dalam pengertian ini Horngren menjelaskan semua biaya yang melekat dalam produksi barang akan diakui sebagai harga pokok produksi meskipun biaya tersebut muncul sebelum periode akuntansi berjalan. (Baca juga : Jenis Jenis Akuntansi)
4. Mursyidi (2010)
“Harga pokok produksi adalah biaya yang telah terjadi yang dibebankan / dikurangkan dari penghasilan “. Hal ini menjelaskan jika semua beban yang dikurangkan dari omset atau penjualan kotor merupakan harga pokok produksi. jadi teori ini jelas menyebutkan bahwa jika cara menghitung laba kotor dengan mengurangkan omset dengan harga pokok produksi. (Baca juga : manfaat akuntansi manajemen)
Harga Pokok Produksi Berdasarkan Aktifitas
Harga pokok produksi berdasarkan aktifitas adalah cara menentukan sebuah biaya dengan cara menelusuri aktifitas dalam organisasi perusahaan dalam menghasilkan suatu barang. Hal ini di maksudkan agar tergambarkan kebutuhan biaya terbesar dalam menghasilkan barang itu sendiri. Selain itu adanya keinginan dari pihak perusahaan untuk menghasilkan barang dengan biaya seefektif mungkin. Dari adanya pelacakan biaya melalui aktifitas ini otomatis pihak menegement dapat mengatur efektifitas biaya. (Baca juga : Hakikat Akuntansi)
Dengan adanya penghitungan harga pokok berdasarkan aktifitas ini secara otomatis perusahaan harus melakukan pencatatan pada setiap aktifitas yang dilakukan bertujuan untuk menghitung biaya yang timbul. Dan aktifitas tersebut harus menjadi sistem dalam setiap produksi barang. Untuk merancang sistem penghitungan harga pokok produksi aktifitas yang saya sebutkan di atas terbagi menjadi 4 kelompok:
- Fasility Sustaining Activity Cost
Fasility Sustaining Activity Cost yaitu biaya yang timbul karena aktifitas bertujuan untuk mempertahankan keberlangsungan perusahaan. Contohnya biaya penyusutan. (Baca juga : pemeriksaan saldo kas kecil)
- Product Sustaining Activity Cost
Product Sustaining Activity Cost yaitu biaya yang timbul karena aktifitas bertujuan untuk riset kualitas barang dan menjaga produk agar awet pada waktu di pasarkan. Contohnya biaya riset kemasan produk dan biaya penyimpanan. (Baca juga : jenis-jenis akuntansi)
- Batch Activity Cost
Batch Activity Cost yaitu biaya yang timbul karena aktifitas bertujuan untuk menjaga kuantitas pada gelombang produksi barang. Contohnya biaya pengaturan mesin cetak. (Baca juga : cara membuat neraca lajur)
- Unit Level Activity Cost
Unit Level Activity Cost yaitu biaya yang timbul karena aktifitas yang bertujuan untuk menjaga kuantitas produk pada suatu periode pencatatan. Contohnya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. (Baca juga : macam-macam rasio)
Setelah biaya tersebut di kelompokkan dalam 4 kelompok besar tersebut langkah kedua adalah menentukan biaya overhead pabrik. Biaya overhead ini nantinya menjadi biaya tetap yang sudah terprediksi sebelum adanya produksi. Setelah semua biaya terkelompokkan sekarang yang dapat dilakukan manajemen adalah melakukan prediksi sebelum dilakukannya produksi. untuk hal itu harus memiliki variabel yang biasa di sebut cost driver. Cost driver sendiri terbagi menjadi cost driver berdasarkan unit produksi dan cost driver berdasarkan non unit produksi. ( Baca juga : siklus akuntansi perusahaan jasa)
Untuk cost driver berdasarkan unit produksi ini biasa digunakan pada perusahaan manufaktur. Semakin banyak produk yang di hasilkan maka biaya yang dibutuhkan juga semakin banyak. Namun lainnya dengan cost driver berdasarkan non unit yang biasa di gunakan sebagai tolak ukur pada perusahaan jasa. Semakin banyak cost driver non unit yang di butuhkan tidak selamanya berbanding lurus dengan biaya yang di keluarkan. Contohnya jika kita mengerjakan lahan tanah dengan sistem borongan maka semakin kecil lahan yang akan di kerjakan semakin mahal pula biaya yang di kerjakan karena fix cost yang di bebankan akan terakumulasi sebagai biaya pengerjaan lahan tersebut. (Baca juga : cara membuat laporan laba rugi)
Harga Pokok Produksi Berdasarkan Biaya Bersama
Biaya bersama yang biasa disebut dengan biaya overhead bersama ini biasa di terapkan pada perusahaan yang memiliki produk berbeda namun ada suatu proses yang dilewati untuk menjadi produk itu sendiri. Seperti contoh misalnya sebuah pabrik pengolahan susu yang menghasilkan berbagai produk hasil turunan dari susu. Pada saat perawatan sapi sebagai penghasil susu ini disebut sebagai biaya bersama. Setelah proses pengambilan susu ada proses pengolahan susu yang nantinya akan di produksi menjadi susu murni, yogurt dan produk olahan lain ini yang menjadi titik pisah. Dari titik pisah ini nantinya susu akan di olah menjadi susu murni, yogurt dan produk olahan lain oleh masing-masing departemen yang bertanggung jawab atas output produk yang di miliki. Dari titik pisah ini dapat di hitung menggunakan metode yang telah saya sebutkan di atas. Namun di point ini akan menjelaskan cara penghitungan biaya yang timbul sebelum munculnya titik pisah tersebut. (Baca juga : prinsip-prinsip akuntansi)
Untuk lebih jelasnya saya akan mengutip karakteristik biaya yang di sebutkan oleh Abdul Halim (1999:126):
- Barang yang dihasilkan setelah proses bersama merupakan tujuan utama pengolahan produk.
- Harus ada titik pisah antara produk bersama dan produk turunan
- Setelah berpisah produk berdiri sendiri-sendiri yang memungkinkan untuk diolah kembali atau dapat langsung dijual kepada konsumen
- Salah satu produk tidak dapat dihasilkan jika tidak memproduksi produk yang lain
Dari keempat karakteristik tersebut dapat di ringkas menjadi cerita pabrik susu yang memiliki beberapa produk yang sudah saya tuliskan di atas. Dan untuk memudahkan menghitung alokasi biaya produk bersama yang nantinya dimaksudkan untuk menghitung biaya yang melekat pada suatu barang terbagi menjadi 4 metode.
- Metode Nilai Jual Relatif
Metode ini menganggap bahwa harga jual harus berbanding lurus dengan biaya yang di keluarkan. Metode ini dapat di terapkan jika pada waktu split off atau titik pisah harga jual masing-masing produk sudah di ketahui. Karena harga jual adalah variable yang sangat penting dalam penentuan rasio atau porsi dalam biaya suatu produk. Keuntungannya jika menggunakan metode ini laba kotor yang di hasilkan setiap produk besarannya akan sama. Namun di sisi lain harga jual tidak hanya di pengaruhi oleh biaya namun banyak faktor yang mempengaruhi harga jual ini yang membuat kurang faktualnya jika kita menghitung biaya berdasarkan harga jual. (Baca juga : jurnal penerimaan kas)
- Metode Kuantitatif atau Unit Fisik
Metode ini adalah metode yang paling sering digunakan dengan mengestimasikan jumlah produk yang di hasilkan berbanding lurus dengan biaya bersama. Syaratnya jika akan menghitung biaya bersama dengan metode ini harus tiap produk output memiliki satuan yang sama seperti ton, kilogram dan lain sebagainya. Kelebihan dari metode ini adalah kita dapat menghitung denga cepat rasio atau porsi biaya bersama suatu produk. Kelemahannya yaitu metode ini terlalu kasar karna tidak memperhitungkan volume kepadatan suatu produk ataupun ukuran produk tersebut. (Baca juga : fungsi buku besar)
- Metode Biaya Per Unit Rata-Rata
Metode ini sesungguhnya sama dengan cara penghitungan unit produk. Namun metode ini di hitung dengan mencari biaya per unit produk apapun itu produknya. Setelah menemukan biaya per produk baru di kalikan dengan produk yang dihasilkan. Karna menurut pencetus metode ini memiliki pandangan bahwa setiap barang yang di produksi dengan mekanisme yang sama maka memiliki porsi biaya yang sama. ( Baca juga : ruang lingkup akuntansi syariah)
- Metode Rata-Rata Tertimbang
Metode ini merupakan yang paling valid. Karna metode ini memasukkan unsur rata-rata tertimbang dari kesulitan suatu produk. Penimbangannya tidak hanya dalam segi bobot saja namun juga menimbang dari segi kesulitan pengerjaan. Pihak menejemen berhak untuk memberikan rasio kesulitan pengerjaan produk pada proses pengerjaan bersama. (Baca juga : perkembangan akuntansi syariah)
Harga Pokok Produksi Berdasarkan Pesanan
Harga pokok produksi berdasarkan pesanan merupakan suatu penghitungan biaya produksi untuk menentukan harga pokok suatu barang yang di produksi perusahaan berdasarkan pesanan. Metode ini berlaku untuk suatu perusahaan yang baru memproduksi barang jika ada pesanan.( Baca juga : Cara Membuat Neraca Keuangan)
Dalam metode ini semua biaya dikumpulkan berdasarkan pesanan yang di dapatkan oleh perusahaan. Sedangkan untuk menghitung biaya per unit pesanan dengan membagi total biaya pesanan dengan produksi unit pada pesanan tersebut. Penghitungan pesanan pada metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data pesanan dari pelanggan yang memesan produk dan memperkirakan total biaya yang harus di lakukan untuk membuat produk tersebut.
Pihak menejemen dapat membuat kartu biaya pesanan untuk memudahkan dalam penggolongan biaya pada setiap pesanan. File kartu yang belum selesai pengerjaan produknya pada periode pencatatan dapat menjadi sumber informasi penghitungan persediaan dalam proses. (Baca juga : Sistem Pengendalian Manajemen Sektor Publik)
Seperti yang saya tulis di atas biaya yang timbul pada produksi barang sangat memungkinkan untuk menjadi biaya bersama. Jika dalam suatu pesanan terdapat biaya bersama dan biaya tetap yang tetap muncul meskipun tidak ada pengerjaan produk, maka harus di perhitungkan juga menggunakan rasio yang sudah saya tuliskan pada bagian biaya bersama.
Metode ini menggolongkan biaya menjadi 3 jenis berikut saya jelaskan juga cara pencatatan nya juga:
- Biaya Bahan Baku
Seperti halnya dalam akuntansi persediaan, pencatatan bahan baku dapat dilakukan dengan pencatatan pada setiap pembelian atau dengan metode mutasi persediaan (perpetual).
- Biaya Tenaga Kerja Langsung
Untuk menghitung biaya tenaga kerja dapat dilakukan dengan pencatatan seperti biasa degan total jam kerja yang sudah dilakukan perusahaan atau dengan mencatat jam kerja pada setiap pengerjaan pesanan. (Baca juga : perbedaan bank konvensional dan bank syariah)
- Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik sendiri dibagi menjadi beberapa jenis:
- Biaya tenaga kerja tak langsung
- Biaya yang timbul pada waktu tertentu
- Biaya bahan penolong
- Biaya reparasi dan suku cadang mesin
Untuk menghitung biaya tersebut dapat di lakukan pencatatan keseluruhan baru di bagi menurut porsi yang didapat pada setiap pesanan. (Baca juga : fungsi akuntansi biaya)
Metode Penghitungan Harga Pokok Produksi
Dalam akuntansi dasar penghitungan harga pokok produksi terbagi menjadi 3 metode yaitu:
- Metode harga pokok sesungguhnya : Metode ini menghitung semua biaya yang di keluarkan dalam produksi sesungguhnya. Dalam penghitungan harga pokok sesungguhnya dilakukan pencatatan secara periodik pada satu masa periode berjalanan.
- Metode harga pokok normal : Dalam penghitungan metode ini hanya menghitung biaya yang mudah dan real untuk dihitung. Seperti biaya bahan daku dan biaya tenaga kerja. Sedangkan untuk biaya overhead pabrik di lakukan pencatatan dengan cara pembebanan di muka. Setelah proses selesai baru dilakukan akumulasi biaya overhead pabrik pada tiap produk.
- Metode harga pokok standar : Metode ini dilakukan dengan menentukan standar biaya yang harus dikeluarkan pada tiap produk. Bukan melakukan pencatatan setelah biaya dikeluarkan namun dengan menetapkan standar harga baru di lakukan proses pembuatan produk.
berikut adalah pengertian dan beberapa cara melakukan pencatatan dan penghitungan harga pokok produksi pada saat pembuatan produk. semoga bermanfaat dan terima kasih telah mengunjungi web kami.