X

Pengertian Persediaan : Jenis, Sistem Pencatatan dan Penentuan Kuantitas

Banyak yang salah paham tentang arti kata persediaan. Barang-barang yang harusnya masuk menjadi aset di masukkan dalam persediaan. Maka dari itu kali ini dosen akuntansi memberikan penjelasan mulai dari pengertian menurut para ahli, jenis-jenis persediaan, sistem pencatatan persediaan dalam jurnal, penentuan kuantitas persediaan, penilaian sampai cara menghitung persediaan yang real selain dengan metode penghitungan harga pokok. Untuk lebih memahami akun yang menjadi akun kunci dalam perusahaan ini mari kita simak lebih lanjut penjelasannya. (baca juga: standar akuntansi keuangan)

Pengertian persediaan menurut para ahli

Beberapa pakar akuntansi menjelaskan persediaan dengan bahasanya sendiri. Berikut adalah penjelasan mereka dari makna persediaan itu sendiri: (baca juga: tujuan akuntansi keuangan)

  • Schroeder (2000:4) “persediaan adalah stok bahan yang digunakan untuk memudahkan produksi atau untuk memuaskan permintaan pelanggan”; (baca juga: laporan keuangan perusahaan dagang)
  • Rangkuti (2004:1) “persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi”; (baca juga: kerangka konseptual akuntansi keuangan)
  • Johns dan Harding (2001:71) “persediaan adalah suatu kepurusan investasi yang penting sehingga perlu kehati-hatian” (baca juga: perbedaan laporan keuangan syariah dan konvensional)
  • Kusuma (2009:132) “persediaan adalah barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada periode mendatang” (baca juga: cara membuat neraca saldo)
  • Prawirosentono (2005:83) membagi makna persediaan menjadi dua berdasarkan jenis operasi perusahaan. Jika perusahaan tersebut perusahaan manufaktur “persediaan adalah simpanan bahan baku dan barang setengah jadi untuk diproses menjadi barang jadi yang mempunyai nilai tambah lebih besar secara ekonomis untuk dijual ke konsumen”. Jika perusahaan tersebut adalah perusahaan dagang maka “persediaan adalah simpanan sejumlah barang jadi yang siap untuk dijual kepada konsumen” (baca juga: cara membuat laporan keuangan)
  • Sofyan Assauri (2005:50) “persediaan barang adalah suatu aktiva lancar yang meliputi barang-barang yang merupakan milik perusahaan dengan sebuah maksud supaya dijual dalam suatu periode usaha normal ataupun persediaan barang-barang yang masih dalam pekerjaan sebuah proses prosuksi maupun persediaan bahan baku yang juga menunggu penggunaannya di dalam suatu proses produksi”; (baca juga: cara membuat neraca keuangan)
  • Zaki Badridwan (2000:149) “persediaan adalah sebuah istilah dari persediaan barang yang dipakai agar menunjukkan barang-barang yang dimiliki supaya dijual kembali atau juga digunakan untuk bisa memproduksi barang-barang yang akan dijual” (baca juga: pengertian akuntansi keuangan)
  • Munandar (2005:50) “persediaan adalah persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang menjadi sebuah objek usaha pokok perusahaan” (baca juga: jenis-jenis laporan keuangan)
  • John J Wild, K. R. Subramanyam dan Robert F Halsey, “persediaan merupakan sebuah barang yang dijual di dalam aktivitas operasi normal perusahaan”. (baca juga: pengertian kas kecil)

Jenis Jenis persediaan

Jenis-jenis persediaan jika ditinjau dari segi fisiknya terbagi menjadi beberapa jenis yaitu: (baca juga: pengelolaan kas kecil)

  • Persediaan bahan mentah

Persediaan bahan mentah adalah persediaan bahan yang masih belum memuat elemen-elemen biaya didalam bahan tersebut. misal pada pabrik furniture maka bahan mentahnya masih kayu gelondongan, belum ada penanganan lebih lanjut yang dapat diposting menjadi biaya perusahaan. (baca juga : metode pencatatan kas kecil)

  • Persediaan komponen-komponen rakitan

Persediaan komponen-komponen rakitan ini sangat mudah dijumpai di industri elektronik dan otomotif. Setiap pabrik elektronik atau otomotif pasti memiliki pabrik perakitannya sendiri. Dalam sebuah pabrik perakitan tersebut ada bermacam-macam  persediaan komponen-komponen rakitan. Seperti contohnya dalam sebuah pabrik laptop maka hard disk merupakan persediaan komponen-komponen rakitan yang siap dirakit menjadi laptop. (baca juga: prosedur pengelolaan dana kas kecil)

  • Persediaan bahan pembantu atau persediaan bahan penolong

Persediaan bahan penolong ini merupakan katalisator dari produksi bahan tersebut. jadi bahan tersebut bukan merupakan bagian atau komponen barang jadi namun bahan tersebut sangat diperlukan dalam produksi. (baca juga: sistem pencatatan kas kecil)

  • Persediaan dalam proses

Persediaan dalam proses atau biasa disebut persediaan setengah jadi merupakan persediaan yang merupakan keluaran dari tiap-tiap proses, namun masih belum sempurna dan masih harus dilakukan pengolahan lagi. (baca juga: unsur-unsur laporan keuangan)

  • Persediaan barang jadi

Persediaan barang jadi adalah barang yang sudah tidak memerlukan pengolahan lagi. Tinggal di pasarkan dan siap dijual, yang berarti bahan semua unsur biaya produksi sudah melekat di barang tersebut. (baca juga: pencatatan transaksi keuangan)

Sistem Pencatatan Persediaan 

Sistem pencatatan persediaan terbagi menjadi 2 yaitu:

  • Sistem pencatatan periodik

Sistem pencatatan periodik lebih mudah bagi perusahaan yang memiliki sistem yang belum terpadu. Sistem ini sangat sederhana bagi perusahaan kecil yang memiliki SDM terbatas dalam hal ketelitian. Karena sistem ini hanya mewajibkan akunting mencatat penjualan yang sama dengan bukti transaksi. Jadi setelah transaksi penjualan dan pembelian sudah dilaksanakan pada akhir bulan akunting wajib untuk opname persediaan yang masih di gudang untuk mengetahui sisa persediaan setelah adanya transaksi jual beli selama satu periode pencatatan. (baca juga: manfaat akuntansi manajemen)

Prosedur yang harus dilakukan oleh akuntan pertama yaitu mencatat persediaan yang ada di gudang sebelum sistem berjalan. Saat ada transaksi jual beli akuntan dapat memosting transaksi tersebut dan mendebit akun pembelian jika pembelian terjadi. Namun jika penjualan terjadi maka akuntan mengkredit akun pembelian. Setelah akhir periode pencatatan akuntan wajib opname ulang persediaan yang dimiliki perusahaan. Hal ini dilakukan untuk menghitung harga pokok penjualan yang nantinya untuk menghitung laba-rugi perusahaan selama satu periode pencatatan. Setelah beberapa data terpenuhi dapat di masukkan tabel dengan cara sebagai berikut:

HPP=Stok Awal + pembelian – penjualan – Stok akhir

Nantinya akuntan memiliki 2 data, yaitu harga pokok penjualan yang nantinya dilaporkan dalam laba-rugi dan laporan stok barang yang ada di gudang. (baca juga: tujuan akuntansi sektor publik)

  • Sistem pencatatan perpetual

Sistem pencatatan perpetual merupakan sistem pencatatan yang di catat langsung saat transaksi tersebut berlangsung, semua akun langsung dapat diketahui pada saat transaksi berlangsung. Maka dari itu akuntan harus menjurnal akun Harga Pokok dalam posting transaksi pembelian atau pun penjualan. Sistem pencatatan ini lebih rumit dibanding sistem pencatatan periodik, karena akuntan wajib memasukkan jurnal harga pokok ini berarti akuntan harus memiliki data harga pokok. maka dari itu perusahaan retail sangat jarang memilih pencatatan persediaan dengan sistem perpetual. (baca juga: sistem pengendalian manajemen sektor publik)

Namun terlepas dari perlunya ketelitian akuntan, sistem pencatatan perpetual lebih tidak memakan waktu dari pada periodik. Karena tidak memerlukan opname persediaan pada akhir bulan. Sehingga sistem sudah berjalan ketika adanya transaksi penjualan ataupun pembelian pada saat akuntan posting di dalam jurnal.

Penentuan kuantitas persediaan

Unsur persediaan di dalam gudang sangat berpengaruh pada laporan keuangan yang nantinya diperlukan untuk melihat perkembangan perusahaan. Akuntan dapat melihat dalam catatan yang dimiliki dalam pembuatan sistem pencatatan periodik maupun perpetual yang sudah saya jelaskan di bagian sebelumnya.

Namun beberapa sistem pencatatan harus di cek juga di gudang. Karena pasti ada fail information antara pencatatan dan realitas di gudang. Dari jumlah barang ataupun dari segi kepemilikan barang yang ada di gudang maupun barang yang di catat oleh akuntan. Untuk lebih memudahkan saya membagi 2 langkah untuk menentukan kuantitas persediaan sebagai berikut:

Penghitungan persediaan fisik yang ada di gudang

Penghitungan persediaan fisik dilakukan jika melakukan sistem pencatatan fisik selalu di lakukan untuk memberikan data yang sudah saya sebutkan diatas. Penghitungan fisik dilakukan saat arus persediaan berhenti, dengan arti lain yaitu saat perusahaan berhenti beroperasi. Entah itu operasi produksi bagi perusahaan manufaktur atau operasi jual beli bagi perusahaan dagang. Untuk mengantisipasi kecurangan maka dapat dilakukan beberapa hal berikut:

  • Penghitungan dilakukan oleh pegawai yang tidak bertanggung jawab atas persediaan barang di gudang;
  • Harus ada kejelasan jumlah persediaan yang ada dalam setiap kemasan, entah itu memakai berat atau jumlah barang;
  • Harus dilakukan oleh pemeriksa yang independen
  • Setiap persediaan dilakukan penomoran agar lebih memudahkan dalam penghitungan
  • Harus ditunjuk satu kepa untuk menetapkan dan bertanggung jawab atas hasil hitungan tersebut.

Penentu kepemilikan barang

Persediaan tidak harus ada di gudang hal itu yang mewajibkan perusahaan menelusuri kepemilikan persediaan. Berikut barang yang harus dikeluarkan kepemilikannya pada pengakuan kepemilikan persediaan

  • Barang dalam perjalanan

Perusahaan dalam pembelian sangat memungkinkan memakan waktu yang lama. Hal ini berarti ada kemungkinan jika saat penghitungan fisik barang tersebut belum sampai pada gudang. Karena sistem kesepakatan dalam pengiriman barang terbagi menjadi 2 maka saya bagi dalam 2 poin penjelasan berdasarkan kesepakatan penjualan atau belum.

Jika perjanjian menyatakan FOB shipping point ini berarti peralihan kepemilikan beralih ketika barang keluar dari gudang penjual atau sampai pada perusahaan jasa pengiriman yang bertugas untuk mengirim barang. Ini berarti jika perusahaan sebagai penjual maka persediaan dalam perjalanan bukan milik perusahaan tersebut. Namun jika perusahaan sebagai pembeli maka persediaan yang masih dalam perjalanan sudah dapat diakui menjadi persediaan perusahaan. Meskipun barang tersebut belum sampai di gudang.

Untuk perjanjian yang menyatakan FOB destination berarti peralihan kepemilikan beralih ketika barang sampai pada gudang pembeli. Hal ini berkebalikan dengan FOB Shipping point, berarti jika perusahaan sebagai penjual maka barang yang masih dalam perjalanan masih diakui sebagai persediaan milik perusahaan. Jika perusahaan sebagai pembeli maka barang dalam perjalanan itu tidak dapat diakui sebagai persediaan milik perusahaan.

  • Barang konsinyasi

Setiap perusahaan memiliki sistem penjualan dan pembelian yang bermacam-macam. Salah satu sistem perjanjian jual beli yaitu konsinyasi. Sistem jual dan beli konsinyasi ini sangat lumrah dilakukan beberapa perusahaan di indonesia. Perjanjian jual-beli konsinyasi berarti supplier hanya menitipkan barang untuk dijual, jika barang tersebut terjual maka supplier berhak mendapat pembayaran. Namun jika barang yang dititipkan tersebut tidak terjual maka supplier tidak berhak mendapat pembayaran atas barang yang dititipkan tersebut.

Jika sistem tersebut berlaku maka kepemilikan beralih ketika barang tersebut laku. Jika barang tersebut belum laku maka dapat diakui menjadi persediaan supplier yang menitipkan barang tersebut. Artinya perusahaan yang dititipi barang tidak ada hak kepemilikan atas barang yang sedang diperjual belikan. Hal ini dapat menjadi koreksi pada saat penghitungan fisik dari sisi supplier yang menitipkan barang atau dari sisi perusahaan yang dititipkan barang.

Perbandingan metode penentuan biaya persediaan dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan

Sebetulnya metode penentuan biaya terbagi menjadi 3 kali ini dosen akuntansi akan membandingkan ketiga metode tersebut. Metode yang terbagi menjadi FIFO (First In First Out), LIFO (Last In First Out), dan rata-rata ini memiliki pengaruh dari segi harga pokok penjualan untuk periode berjalan, laba kotor dan mungkin juga laba bersih pada periode tersebut dan juga persediaan akhir. Berikut efek dari masing-masing metode.

  • Metode FIFO

Metode FIFO akan menghasilkan harga pokok yang lebih rendah karena menggunakan harga beli lama, hal ini dapat berefek pada laba perusahaan yang akan naik. Begitu juga dengan persediaan akhir yang sejalan dengan naiknya laba perusahaan.

  • Metode LIFO 

berkebalikan dengan metode FIFO yang akan menghasilkan harga pokok yang lebih tinggi karena menggunakan harga pembelian terbaru. Hal ini berujung pada laba perusahaan yang akan turun dan akun persediaan yang tersaji dalam laporan neraca juga akan turun.

  • Metode rata-rata

merupakan titik tengah dari naik turunnya harga maka dari itu etode rata-rata akan mendapatkan titik tengah dari harga pokok, laba perusahaan dan persedaan akhir. Juga untuk diketahui ketiga analogi yang saya sebutkan diatas adalah efek menggunakan ketiga metode alam situasi harga naik dari waktu ke waktu.

Metode penilaian persediaan selain harga pokok

Metode penilaian persediaan sebetulnya ada 4 namun yang sangat terkenal dan lumrah di gunakan oleh beberapa perusahaan yaitu harga pokok. dibawah ini adalah beberapa metode lain yang digunakan untuk penilaian persediaan

  • Metode nilai terendah antara biaya dengan harga pasar

Harga pasar biasanya berubah-ubah tergantung hukum persediaan dan permintaan. Metode ini memperbolehkan harga pokok atau harga pasar yang terendah untuk digunakan sebagai dasar penghitungan perolehan persediaan perusahaan. Jadi jika akuntan menggunakan metode ini otomatis harga akan dapat diarahkan seperti kemauan akuntan.

  • Metode laba kotor

Metode laba kotot ini hanya memerlukan estimasi persenatase harga pokok dari laba kotor penjualan perusahaan. Tentunya dengan riset yang sudh dilakukan sebelum metode ini di lakukan. Rumus dasar metode ini yaitu Laba Kotor + harga pokok = penjualan (omset). Ada 3 variabel yang akan diotak atik disini. Yaitu laba kotor, harga pokok dan harga pokok. akuntan harus memilih 2 rumus disini.

Rumus pertama yaitu persentase laba kotor atas penjualan dan persentase laba kotor atas harga pokok. seumpama laba kotor ditetapkan 20% dari penjualan maka jika mendapat omset 100.000.000 otomatis laba kotor 20.000.000 sedangkan harga pokoknya 80.000.000. jika memakai rumus kedua yang mengambil persentase laba kotor dari harga pokok. contoh pedagang menetapkan laba kotor 20% dari harga pokok maka jika penjual mendapatkan omset 100.000.000 dapat di terjemahkan dalam variabel matematis. Laba kotornya 20% dari harga pokok maka harga pokoknya 100% dan omsetnya  120%. Jika 100.000.000 nya adalah 120% maka 100% adalah 83.333.333 sedangkan 20%nya adalah 16.666.666.

  • Metode persediaan eceran

Metode ini lumrah untuk dilakukan perusahaan dengan dagangan ecern yang otomatis perputaran persediaannya cukup tinggi. Langkah-langkah yang harus di lakukan yaitu: menentukan persentase harga pokok barng untuk di jual terhadap harga jual; menghitung nilai persediaan barang dagang akhir periode dan mengalikan persentase yang sudah di estimasikan tadi dengan jumlah akhir persediaan yang sudah di hitung.

Sekian beberapa penjelasan dosen akuntansi tentang pengertian persediaan semoga penjelasan tentang pengertian persediaan ini dapat di aplikasikan dalam perusahaan. Karena sangat pentingnya akun tersebut membuat para pembaca harus lebih berhati-hati dalam pencatatan maupun penghitungannya.