X

Sistem Akuntansi Biaya Produksi

Sistem Akuntansi Biaya merupakan prosedur yang dirancang guna mengumpulkan serta menyajikan biaya produksi, biaya pemasaran, biaya administrasi, dan biaya-biaya umum lainnya. Sistem ini cukup erat hubungannya dengan perusahaan manufaktur karena kegiatan perusahaan ini sebagian besar ada dalam fungsi produksi.

Ada dua jenis sistem dalam Akuntansi Biaya. Sistem pertama adalah sistem pengawasan produksi yang terdiri atas prosedur untuk mengawasi jalannya produksi bahkan dari penyediaan bahan baku, fasilitas pabrik, dan kebutuhan tenaga kerja. Sistem kedua adalah Sistem Akuntansi Biaya itu sendiri yang fungsinya mengumpulkan dan mengklarifikasi data-data dalam bentuk biaya produksi dan non produksi.

Baca Juga:

Sistem Pengawasan Produksi

Bagian dari Sistem Akuntansi Biaya ini berfungsi dalam mengawasi pelaksanaan produksi. Beberapa dokumen yang digunakan terkait dengan sistem pengawasan produksi antara lain:

1. Surat Order Produksi

Merupakan dokumen perintah dari Departemen Produksi yang dialamatkan kepada bagian-bagian yang berhubungan dengan proses produksi dalam mengerjakan sejumlah produk yang memiliki spesifikasi tertentu mulai cara bahan kebutuhan, cara produksi, fasilitas yang dibutuhkan, sampai durasi produksi.

2. Daftar Kebutuhan Bahan

Memuat daftar barang yang akan digunakan dalam proses produksi. Dokumen ini bahkan memberikan informasi detil mengenai jenis bahan dan kuantitas yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah produk yang harus diproduksi pada surat order produksi.

3. Daftar Kegiatan Produksi 

Memuat urutan produksi yang harus dilakukan dalam membuat produk tertentu. Dokumen ini menyertakan informasi mengenai jenis kegiatan dan fasilitas apa yang dibutuhkan dalam memproduksinya.

4. Bukti Permintaan atau Pengeluaran Barang Gudang

Merupakan dokumen dalam bentuk formulir yang digunakan dalam fungsi produksi untuk meminta bahan baku dan pendukungnya dalam rangka memproduksi produk.

5. Bukti Pengembalian Barang Gudang

Merupakan dokumen dalam bentuk formulir yang digunakan dalam fungsi produksi untuk mengembalikan bahan baku dan pendukungnya. Pengembalian bahan baku dan bahan pendukung produksi ini biasanya terjadi akibat kelebihan yang tidak digunakan selama proses produksi berlangsung.

6. Kartu Jam Kerja

Berfungsi untuk mencatat jumlah jam tenaga kerja langsung (JTKL) yang dikonsumsi dalam memproduksi produk yang diterakan pada surat order produksi.

7. Laporan Produk Selesai

Memuat informasi tentang produksi yang sudah selesai dan dialamatkan kepada fungsi perencanaan dan pengawasan produksi, gudang, penjualan, dan akuntansi persediaan.

Baca Juga:

Apa Manfaat Sistem Akuntansi Biaya?

Tidak mungkin ada suatu ilmu tanpa manfaat. Sistem Akuntansi Biaya ini memiliki tujuan dalam proses produksi di perusahaan manufaktur, di antaranya:

1. Bentuk Pengendalian

Untuk memproduksi suatu produk baik dalam bentuk barang atau jasa, diperlukan perencanaan produksi. Tanpa perencanaan, produksi suatu barang atau jasa bisa jasa kelebihan anggaran atau bahkan kekurangan dukungan dana. Hal-hal seperti ini merupakan ketidakefektifan yang harus dihindari dan salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan Sistem Akuntansi Biaya untuk menyusun rencana produksi dalam bentuk anggaran.

Dalam kenyataannya, beberapa perusahaan mungkin akan menentukan perencanaan berdasarkan pengalaman masa lalu atau berdasarkan kebiasaan yang sudah dijalankan. Misalkan dalam penentuan biaya produksi, perusahaan akan menetapkannya berdasarkan banyak hal, bisa jadi durasi kerja, proses produksi itu sendiri, atau karena pesanan. Perencanaan ini merupakan bentuk pengendalian agar proses produksi tersebut tidak melambungkan anggaran perusahaan.

2. Menentukan Harga Pokok Produk

Harga Pokok Produk mungkin menjadi salah satu dilema bagi perusahaan manufaktur. Tentu saja, perusahaan ini menginginkan laba sebesar-besarnya. Akan tetapi mempertimbangkan kompetisi yang ketat, asal memberikan harga produk bukanlah sebuah keputusan tepat. Di saat bersamaan, perusahaan harus memperhitungkan biaya produksi yang ditimbulkan dalam membuat produk tersebut. Biaya produksi ini bahkan bukan sekadar faktor produksi tapi juga bisa termasuk biaya non produksi, seperti biaya riset dan pengembangan terhadap produk yang mungkin akan memakan anggaran cukup besar.

Sistem Akuntansi Biaya menyediakan cara untuk menentukan harga pokok produk yang bisa dipatok dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut. Lebih dari itu, sistem ini akan dilandasi oleh Standar Akuntansi Keuangan dalam menyusun laporan biaya yang akan digunakan oleh pihak eksternal.

3. Pengambilan Keputusan

Dalam menentukan proses produksi di masa depan atau menentukan langkah apa yang harus diambil terkait pencapaian perusahaan saat ini, Sistem Akuntansi Biaya dikenal sebagai salah satu sistem yang mempermudah perusahaan dalam mengambil keputusan hanya dengan menunjukkan laporan berisi nominal angka yang merepresentasikan suatu produksi. Perlu diketahui bahwa Sistem Akuntansi Biaya merupakan sistem yang paling banyak diandalkan perusahaan dalam menilai kinerja mereka. Maka dari itu, validitas laporan ini akan sangat membantu perusahaan menyusun strategi yang tepat dalam melangkah ke depan.

Baca Juga:

Faktor yang Memengaruhi Perancangan Sistem Akuntansi Biaya

Dalam merancang suatu Sistem Akuntansi Biaya, antara perusahaan manufaktur yang satu dengan yang lainnya bisa jadi berbeda meskipun mungkin bergerak pada industri yang sama. Ada faktor-faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan dalam perancangan sistem tersebut dan dibagi dalam 3 hal besar, yaitu:

1. Metode Costing

Metode costing terdiri dari dua jenis, yaitu full costing dan variable costing. Metode full costing adalah sebuah metode yang membebankan semua biaya produksi dalam harga pokok produksi. Perusahaan tidak perlu membedakan mana yang bagian biaya produksi tetap dan mana yang termasuk bagian variabel. Kelebihan dari metode full costing adalah kemudahan dalam menentukan harga pokok produksi.

Sementara metode variable costing adalah metode yang sekadar membebankan biaya yang sifatnya variabel dalam harga pokok produksi atau yang pada periode tertentu saja terbentuk. Kelebihan dari metode variable costing ini adalah membuahkan nominal harga pokok produksi yang lebih tepat karena hanya membebankan biaya di periode tertentu, tidak mencampuradukkan dengan beban biaya di produksi masa lampau.

2. Sistem Akuntansi Biaya Standar atau Biaya Historis

Perencanaan dengan Biaya Standar artinya perusahaan sudah menetapkan sejak awal biaya yang harus disediakan dalam memproduksi produk tertentu – dan berusaha memproduksi produk hanya dalam range biaya tersebut. Misalkan untuk memproduksi 100 unit barang dengan kebutuhan 100 jam tenaga kerja langsung (JTKL) membutuhkan biaya Rp 5.000 per JTKL. Contoh lain adalah ketika departemen produksi sudah memberikan patokan biaya produksi Rp 10.000 per unit. Penetapan nominal ini tidak menimbang pengalaman produksi di masa lalu.

Sementara arti dari penggunaan Biaya Historis adalah ketika perusahaan masih mempertimbangkan biaya produksi di masa lampau dalam menentukan biaya produksi saat ini. Misalkan di masa lampau departemen produksi berhasil memproduksi 100 barang dengan biaya produksi Rp 6.000 per JTKL. Maka produksi saat ini juga menggunakan nominal yang sama dalam penganggarannya.

3. Proses Produksi

Departemen Produksi harus menganggarkan biaya produksi berdasarkan proses produksi yang akan dilakukan. Proses tersebut berdasarkan pesanan atau berdasarkan prosesnya. Seperti namanya, proses produksi berdasarkan pesanan berarti departemen harus memproduksi produk dengan jumlah unit sesuai dengan pesanan pelanggan. Hal ini akan berpengaruh terhadap perancangan sistem akuntansi biaya yang dibutuhkan. Berbeda halnya jika menggunakan proses produksi sebagai patokan perancangan sistem akuntansi biaya.

Apa Saja yang Disajikan dalam Sistem Akuntansi Biaya?

Dalam laporan ini, Akuntansi Biaya menyuguhkan laporan mengenai kondisi produksi suatu produk dalam bentuk angka. Meskipun begitu, sistem ini sesungguhnya menunjukkan beberapa hal penting seperti:

  • Produk yang selesai diproduksi dan disimpan di gudang.
  • Produk yang belum selesai produksi atau baru sebagian dirancang.
  • Kelebihan produksi yang masih ada di dalam gudang penyimpanan.
  • Harga pokok produk yang sudah jadi dan setengah jadi.
  • Biaya menurut pusat biaya.

Hal-hal di atas dimuat sebagai laporan mengenai kondisi produksi barang pada periode tertentu. Laporan sistem akuntansi biaya ini nantinya bisa digunakan sebagai laporan akhir produksi maupun sebagai patokan untuk perancangan sistem akuntansi biaya di periode berikutnya.



Categories: Akuntansi Biaya