Jenis Jenis Piutang Dalam Akuntansi dan Contohnya
Piutang merupakan salah satu istilah dalam hakikat akuntansi yang tidak asing. Bisnis pada umumnya pasti pernah mengalami kondisi piutang. Piutang yang umum dibedakan menjadi 3 macam. Penjelasan mengenai jenis-jenis piutang dan pengertiannya akan dibahas sebagai berikut. (Baca Juga: Pengertian Kas Kecil Menurut Para Ahli)
1. Piutang Dagang (Account Receivable)
Jenis piutang yang paling umum adalah piutang dagang atau account receivable. Transaksi piutang ini umum terjadi dalam bisnis. Biasanya, piutang dagang terjadi karena pembelian barang dengan harga yang tinggi sehingga mengharuskan pembelinya membayar secara kredit. Piutang dagang biasanya diberikan dengan batas waktu atau umur piutang dagang maksimal 1 tahun. Dikarenakan periodenya yang relatif pendek ini, maka piutang dagang termasuk dalam aktiva lancar.
Pada umumnya, terwujudnya piutang dagang tidak disertai dengan adanya bunga. Namun pada kondisi tertentu, seperti keterlambatan pelunasan piutang dagang, akan dikenakan denda berupa bunga maupun beban jasa sesuai dengan kebijakan perusahaan. (Baca Juga: Pengertian Kas Kecil)
Dalam kehidupan nyata, piutang dagang tak selalu akan dibayar lunas oleh pemilik utang. Track record si pengutang akan memengaruhi perusahaan dalam memiliki harapan untuk mengumpulkan hak mereka. Semakin buruk track record si pengutang, mau tidak mau perusahaan juga harus mengurangi harapan mereka bahwa dana piutang tersebut tidak akan kembali. Kondisi ini menyebabkan perusahaan harus membuat cadangan kerugian piutang (CKP) karena memiliki beban kerugian piutang (BKP).
Kerugian piutang ini adalah sejumlah nominal yang merupakan dana piutang yang akan tak tertagih. Besaran dana piutang tak tertagih ini bermacam-macam, tergantung pada transaksi yang terjadi pada tahun berjalan serta kebijakan perusahaan itu sendiri. (Baca Juga: Pemeriksaan Saldo Kas Kecil)
Misalkan pada tahun tertentu, perusahaan mendapatkan penjualan kredit dengan total nilai Rp 500.000.000 dan di akhir tahun perusahaan selalu menjadikan CKP mereka naik menjadi 5% dari penjualan kredit. Ini artinya, dana piutang yang dimiliki perusahaan di tahun tersebut sebesar Rp 25.000.000 sangat mungkin untuk tidak tertagih.
2. Piutang Wesel (Notes Receivable)
Jenis piutang selanjutnya yang juga relatif umum adalah piutang wesel atau notes receivable. Piutang wesel merupakan instrumen kredit resmi yang bisa digunakan pemegangnya untuk menagih sejumlah utang seseorang. Terjadinya piutang wesel bisa karena berbagai kondisi. Kondisi pertama adalah karena seseorang meminjam uang tunai dan memberikan pernyataan hitam di atas putih (berupa surat promes) bahwa ia akan melunasi kewajibannya di masa depan dengan waktu dan nominal yang sudah ditentukan.
Kondisi kedua, piutang wesel terjadi karena aktivitas jual-beli secara kredit. Aktivitas ini awalnya dianggap sebagai piutang dagang. Akan tetapi ketika pembelinya menyerahkan surat promes yang menyatakan kesanggupannya untuk melunasi kewajiban dari aktivitas jual-beli kredit tersebut, maka piutang dagang tersebut akan berubah menjadi piutang wesel. (Baca Juga: Persamaan Dasar Akuntansi)
Umur piutang wesel lebih panjang dibandingkan dengan piutang dagang. Setidaknya, surat promes tersebut berumur 60 hari. Penggunaan piutang wesel lazim untuk transaksi dengan nilai besar sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk pelunasan dan jaminan bagi pemegangnya untuk mendapatkan haknya. Dikarenakan waktu pelunasannya menjadi lebih lama, biasanya piutang wesel akan disertai dengan pemberlakuan bunga. Akan tetapi, juga terdapat tipe piutang wesel yang tidak disertai dengan bunga. (Baca Juga: Jenis Jenis Laporan Keuangan)
Salah satu keuntungan menggunakan piutang wesel bagi pemegangnya adalah pendiskontoan. Pendiskontoan piutang wesel artinya menjaminkan surat promes tersebut. Lembaga yang bersedia menerima penjaminan piutang wesel ini adalah bank. Pemegang surat promes bisa menjaminkannya untuk mendapatkan sejumlah dana yang nominalnya mendekati nominal pada surat promes. Mengapa mendekati? Hal ini dikarenakan bank juga menetapkan tingkat diskonto yang harus dibayar pemegang surat promes. (Baca Juga: Unsur Unsur Laporan Keuangan)
Misalkanya PT X mempunyai surat promes hasil dari penjualan kredit barang kepada Tuan A senilai Rp 1.000.000.000 (tanpa bunga). Karena PT X memiliki rencana untuk ekspansi toko, maka ia membutuhkan sejumlah dana besar secara cepat. PT X punya alternatif untuk menjaminkan surat promes dari Tuan A tersebut ke bank. Bank menetapkan tingkat diskonto sebesar 5%. Artinya, jika PT X setuju dengan tingkat diskonto ini, maka yang akan didapatkan PT X dari bank hanya 95% dari nominal yang tertera pada surat promes, yaitu Rp 950.000.000.
3. Piutang Lain-lain (Other Receivable)
Jenis ketiga dari piutang umum dalam pelaksanaan tujuan akuntansi biaya adalah piutang lain-lain. Sesuai namanya, jenis piutang ini tidak terdiri dari satu macam piutang saja. Beberapa akun seperti piutang non usaha, pinjaman pada karyawan, atau piutang yang terjadi akibat transaksi yang tidak berhubungan langsung dengan operasional utama, tergolong dalam jenis piutang lain-lain. Klasifikasi piutang ini tergantung pada masa pelunasannya. Jika piutang lain-lain sanggup dilunasi dalam waktu kurang dari satu tahun, maka piutang ini tergolong aktiva lancar. Sedangkan jika piutang baru sanggup dilunasi dalam waktu lebih dari satu tahun, piutang lain-lain tergolong sebagai aktiva tidak lancar. (Baca Juga: Sistem Akuntansi Biaya)
Pencatatan Dana Mutasi Piutang ke Kartu Pelanggan
Kartu piutang merupakan tagihan bisnis pada pelanggan akibat transaksi penjualan produk, baik barang maupun jasa, secara kredit. Transaksi penjualan kredit ini tidak disertai dengan surat perjanjian formal seperti surat promes yang menyatakan janji kesanggupan bayar oleh pelanggan. Kartu piutang dijadikan bukti tagihan atas penjualan kredit berdasarkan unsur rasa kepercayaan dan kebijakan bisnis dengan menetapkan syarat penjualan yang disepakati kedua belah pihak. (Baca Juga: Tujuan Akuntansi Sektor Publik)
Bagaimana mencatat dana mutasi piutang ke kartu pelanggan untuk mengklaim hak bisnis yang memegang kartu tersebut? Dalam mengidentifikasi data mutasi piutang, ada tiga tahap utama yang harus dilakukan, yaitu menghitung dana mutasi piutang, membukukan data piutang ke masing-masing kartu piutang, serta melakukan konfirmasi. Penjelasan tiga tahap ini akan dijabarkan sebagai berikut.
1. Menghitung Dana Mutasi Piutang
Yang dibahas dalam penghitungan dana mutasi piutang saat ini adalah dana piutang dagang, bukan piutang wesel. Piutang dagang tidak disertai dengan surat resmi yang menyatakan kesanggupan bayar pelanggan, tidak seperti piutang wesel. Maka dari itu, hal pertama yang harus dilakukan dalam memutasikan dana piutang tersebut adalah mencari saldo piutang dagang akhir. Untuk mendapatkan angka tepatnya, rumus yang biasa digunakan (terutama dalam pembelajaran manfaat akuntansi manajemen) adalah sebagai berikut:
Piutang Dagang Akhir = Piutang Dagang Awal tahun + Penjualan Kredit + Piutang Dagang yang dihapus tetapi dilunasi – Retur – Potongan Penjualan – Piutang Dagang Dihapus – Pelunasan Piutang Dagang.
Semua transaksi yang terkait dengan piutang dagang ini dimasukkan dalam kolomnya masing-masing. Akun-akun piutang dagang yang bersifat menambah piutang dagang tersebut dimasukkan dalam kolom debet dan akun-akun piutang dagang yang bersifat mengurangi dimasukkan dalam kolom kredit. Pada kolom Saldo, baik saldo awal maupun saldo akhir piutang dagang selalu diletakkan di kolom debet.
2. Membukukan Data Piutang ke Masing-masing Kartu Piutang
Kartu piutang disusun berdasarkan siapa saja pelanggan nya. Jadi kartu piutang ini bukan hanya ada satu lembar dan untuk merangkum semua transaksi yang terkait dengan piutang dagang perusahaan, namun mencatat transaksi yang terkait dengan piutang dagang per pelanggan. Aktivitas kedua ini akan menghasilkan tiga poin penting, yaitu: surat pernyataan piutang, daftar saldo piutang, dan daftar umur piutang. (Baca Juga: Cara Membuat Laporan Keuangan)
Surat pernyataan piutang nantinya akan dikirim ke debitur guna keperluan konfirmasi piutang. Hal ini penting dilakukan untuk memastikan jumlah utang dan piutang sudah sama. File daftar saldo piutang akan memuat informasi saldo piutang per pelanggan dan daftar umur piutang akan memuat informasi tentang piutang per pelanggan yang dikelompokkan dalam usia piutang.
3. Konfirmasi Saldo Piutang
Pada tahap kedua, akan dikirimkan surat pernyataan piutang kepada debitur untuk memastikan bahwa dana utang yang dimiliki pelanggan dan dana piutang yang dimiliki perusahaan bersangkutan telah sama. Dalam proses konfirmasi ini, akan ada dua kemungkinan yang didapat perusahaan, apakah konfirmasi tersebut telah benar (konfirmasi positif) atau terdapat kesalahan yang mungkin dilakukan salah satu pihak dalam pencatatannya (konfirmasi negatif). (Baca Juga: Sistem Pengendalian Manajemen Sektor Publik)
Bagaimana jika perusahaan mendapatkan surat konfirmasi negatif? Tentu saja perusahaan harus melakukan pengecekan ulang dan verifikasi terhadap saldo piutang yang mereka miliki pada pelanggan yang mengirimkan surat konfirmasi negatif tersebut. Jika sudah dilakukan rekap ulang, perusahaan harus melakukan konfirmasi kembali kepada pelanggan untuk menginformasikan piutangnya. Dalam konfirmasi ulang ini, perusahaan akan menyertakan tiga informasi penting yang terkait, yaitu:
- Konfirmasi Piutang Akhir Bulan, adalah konfirmasi mengenai informasi yang terbatas pada saldo akhir satu bulan tertentu saja.
- Konfirmasi Satuan Piutang, adalah konfirmasi mengenai informasi yang terbatas pada saldo awal satu bulan saja.
- Konfirmasi Faktur yang Belum Terbayar, adalah konfirmasi mengenai informasi daftar faktur yang belum lunas.
Demikianlah informasi sekilas tentang jenis piutang yang umum dikenal dalam akuntansi dan sistem akuntansi biaya perusahaan. Baik piutang dagang maupun piutang wesel semuanya memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Piutang dagang berlandaskan unsur kepercayaan sedangkan piutang wesel memiliki kekuatan hukum pada selembar surat promes. Piutang wesel juga memiliki keunggulan untuk didiskontokan dengan nilai yang setara pada nominal yang tertera di surat promes tersebut.