Contoh Soal Rasio Likuiditas Perusahaan Beserta Jawabannya
Rasio Likuiditas biasanya dipakai untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancar dengan aktiva lancar karena sebuah perusahaan yang “Likuid” berarti bisa membayar semua kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Jika sebaliknya maka perusahaan tersebut “ilikuid”. Berikut ini beberapa soal tentang rasio likuiditas yang berbeda dengan rasio profitabilitas namun sering kali disamakan (contoh profitabilitas).
Soal 1
Soal tentang cara menghitung current ratio yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Current Ratio paling umum dipakai untuk menganalisis posisi modal kerja perusahaan dengan membandingkan antara jumlah aktiva lancar dengan utang lancar. Current ratio menunjukkan tingkat keamanan kreditor jangka pendek untuk membayar utang-utang perusahaan. Nilai rasio yang tinggi tidak menjamin bahwa suatu perusahaan bisa membayar utang yang sudah jatuh tempo sesuai bidang bidang akuntansi. Rumus Current Ratio = Aktiva Lancar / Kewajiban Lancar.
Neraca suatu perusahaan diketahui sebagai berikut. (Pahami: Pengertian Persamaan Dasar Akuntansi)
- Kas Rp 25.000.000,-
- Piutang Dagang Rp 75.000.000,-
- Barang dagangan Rp 200.000.000,-
- Jumlah utang dagang, wesel, bunga dan pajak Rp 255.000.000,-
Hitunglah Current Ratio perusahaan tersebut!
Jawaban:
Aktiva Lancar = 25.000.000 + 75.000.000 + 200.000.000 = Rp 300.000.000
Utang Lancar = Rp 255.000.000,-
Current Ratio = Aktiva Lancar 300.000.000
—————– x 100% = —————– x 100%
utang Lancar 255.000.000
= 117.65 %
= 118 % (dibulatkan)
= 1.18 x
(artinya setiap Rp 1, utang lancar dijamin dengan Rp 1.18 aktiva lancar.
Soal 2
Quick Ratio (Rasio Sangat Lancar) dipakai untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek yang akan jatuh tempo dengan memakai aset sangat lancar yaitu kas + piutang + sekuritas jangka pendek, namun tidak termasuk persediaan dan aset lancar lainnya. Aset lancar lainnya yaitu biaya dibayar di muka dan perlengkapan. Persediaan tidak dipakai dalam rasio ini karena persediaan butuh waktu lama untuk diubah menjadi kas.
Jika persediaan dijual secara kredit, maka perusahaan harus melalui 2 langkah untuk mengkonversinya yaitu menjual persediaan secara kredit sehingga menimbulkan piutang dan menagih piutang atas penjualan persediaan tersebut sehingga menghasilkan kas. Biaya dibayar di muka juga tidak dipakai dalam rasio ini karena biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan seperti asuransi dibayar di muka. Asuransi tersebut tidak dijual kembali oleh perusahaan tetapi dimanfaatkan pada masa yang akan datang.
Neraca PT. Aghnina (Baca juga: Tujuan Laporan Keuangan)
Kas = Rp 700.000, Piutang = Rp 500.000, dan Kewajiban Lancar Rp 1.100.000
maka perhitungan quick ratio yaitu 700.000 + 500.000 = 1.200.000 = 1,09
artinya PT Aghnina memiliki aset sangat lancar sebanyak 1,09 kali dari total kewajiban lancarnya atau setiap Rp1 kewajiban lancar perusahaan dijamin sebesar Rp 1,09 aset sangat lancar.
Soal 3
Cash Ratio dipakai oleh perusahaan untuk mengukur seberapa uang kas/setara kas yang tersedia untuk membayar utang jangka pendek. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendek yang akan jatuh tempo dengan memakai uang kas/setara kas yang ada. Setara kas maksudnya surat berharga atau sekuritas (investasi jangka pendek) yang akan jatuh tempo kurang dari 3 bulan yang termasuk dalam ruang lingkup akuntansi. Rumus Cash Ratio: Kas dan Setara Kas / Utang Lancar.
PT Mura memiliki kas = 700.000 dan total kewajiban lancar = 1.100.000 maka perhitungan cash ratio yaitu 700.000 / 1.100.000 = 0,64
artinya PT Mura memiliki kas sebesar 0,64 kali dari total kewajiban lancar atau setiap Rp1 kewajiban lancar dijamin dengan Rp0,64 kas.
Itulah beberapa contoh soal rasio likuiditas yang akan memudahkan siapapun untuk lebih memahami tentang rasio keuangan ini. Jika hanya membaca tentang rasio likuiditas yang sesuai hakikat akuntansi dan mencerminkan fungsi akuntansi secara umum.