15 Jenis Bukti Audit dan Penjelasannya Terlengkap
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka ataupun informasi lainnya yang terjadi dalam bentuk laporan keuangan. Sehingga auditor bisa menggunakannya untuk menyatakan pendapat utama mereka. Bukti audit bersifat vital karena bisa mendukung laporan keuangan yang diterima dari data akuntansi dan semua informasi penguat untuk bisa dikerjakan oleh para auditor. (Baca: Siklus Akuntansi Biaya)
Sedangkan untuk beberapa pengertian lainnya, bukti audit mencakup berbagai informasi yang snagat persuasif misalnya perhitungan atas sekuritas yang diperjualbelikan ataupun respons atas pertanyaan dari karyawan klien tersebut. Penggunaan bukti merupakan hal yang umum dilakukan oleh ilmuwan, pengacara maupun ahli sejarah. Dalam bukti audit haruslah berkaitan dengan kuantitas bukti audit dan kecukupan bukti, dimana beberapa faktor bisa meliputi kecukupan bukti yaitu materialitas. (Baca:Pengertian Audit)
Selain itu ada resiko audit, dimana resiko tersebut ada hubungan terbalik dengan jumlah bukti yang diperlukan untuk mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Kemudian ada ukuran dan karakteristik populasi yang bisa mempengaruhi kecukupan bukti. (Baca: Perbedaan Laporan Keuangan Syariah dan Konvensional)
Bukti dianggap semakin efektif jika semakin besar jaminan yang diberikan mengenai keandalan data akuntansi serta laporan keuangannya. Pengetahuan auditor secara pribadi dan landsung yang diperoleh melalui berbagai cara bersifat menyimpulkan dibanding dengan yang memperoleh secara tidak langsung. (Baca: Pengertian Akuntansi Biaya)
Jenis Bukti Audit
Mengingat jenis bukti audit bisa membantu dalam berbagai kegiatan auditing. Adapun beberapa jenis-jenis yang termasuk kedalam bukti audit dan dinyatakan sangat penting, diantaranya :
1. Bukti Fisik
Bukti fisik merupakan bukti yang akan diperoleh oleh auditor secara langsung dengan melalui pemeriksaan fisik di dalam proses audit itu sendiri. Misalnya, pemeriksaan fisik persediaan secara langsung oleh auditor. Bukti ini merupakan salah satu bukti yang mungkin paling akurat di dalam auditing. Sehingga jika anda memiliki bukti fisik. Maka tidak heran jika anda tidak perlu khawatir apabila memiliki bukti fisik.
2. Bukti Matematis
Bukti matematis merupakan bukti yang diperoleh auditor melalui perhitungan langsung, contohnya saja footing untuk penjumlahan vertikal dan cross footing untuk penjumlahan baik secara horizontal ataupun sebaliknya. Bukti matematis ini mungkin perlu proses untuk mendapatkannya. Bukti ini bersifat kuantitatif dan juga sesuai namanya yaitu matematis. Adanya bukti ini memperjelas apakah pekerjaan klien anda teliti atau tidak dalam pembuatan jurnal. (Baca: Manfaat Jurnal Khusus)
3. Bukti Perbandingan
Bukti perbandingan biasa disebut dengan bukti rasio, dimana bukti ini digunakan oleh auditor untuk menghitung rasio likuiditas, profitbilitas solvabilitas, quick ratio dan hal lainnya.
4. Bukti Dokumenter
Di jaman yang serba canggih seperti ini rasanya agak aneh jika tidak memiliki bukti dokumenter. Terlepas dari kegiatan yang tidak terlalu penting layaknya auditing saja memiliki bukti dokumenter. Apalagi mereka yang masuk ke dalam lingkup audit, selain pencatatan manual.(Baca : Metode Pencatatan Persediaan Barang Dagang)
Dalam bukti dokumenter sendiri terbagi menjadi beberapa bagian diantarnya, bukti yang dibuat oleh pihak luar dan dikirimkan langsung kepada tim auditor. Selain itu bukti yang sudah dibuat pihak luar namun dikirim kepada auditor melalui kliennya. Terakir yakni bukti yang dibuat dan disimpan oleh klien saja. Bukti yang pertama memiliki kredibilitas sangat tinggi dibanding bukti dokumenter lainnya.
5. Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi adalah sumber data yang bisa digunakan oleh auditor sebagai bukti audit. Dimana, catatan ini merupakan hasil kerja yang telah dibuat oleh para akuntan. Sumber data yang dimaksud merupakan dasar pembuatan laporan keuangan layaknya jurnal, dan sejenisnya.
Baca:
Karena itulah catatan akuntansi dipergunakan untuk bukti yang bisa mendukung kegiatan auditing. Terutama karena catatan merupakan sistem yang sudah pasti dilakukan semua akuntan dimanapun. (Baca: Pengertian Akuntansi Keuangan)
6. Bukti Pengendalian Internal
Bukti pengendalian internal adalah bukti yang paling kuat ketika melaksanakan audit. Mengapa kuat ? karena kuat atau lemahnya pengendalian internalah seorang auditor bisa mendapatkan banyak bukti yang bisa dikumpulkan olehnya. Contohnya, bila resiko pengendalian internal cukup tinggi hal ni berarti resiko audit yang direncanakan harusnya rendah. Dengan judul pengendalian cukup menjelaskan bahwa kegiatan dan bukti ini cukup sulit.
7. Bukti Surat
Bukti surat atau biasa disebut surat pernyataan tertulis merupakan surat yang telah ditandatangani seorang individu yang bisa bertanggungjawab dan berpengetahuan mengenai kondisi atau kejadian tertentu, dimana bukti tertulis bisa didapat dari manajemen ataupun sumber eksternal termasuk bukti dari spesialis dan juga jurnal akuntan. (Baca: Cara Membuat Jurnal Umum )
Bukti tertulis merupakan bukti yang sampai saat ini masih akurat dan diperhitungkan kebutuhannya. Surat pernyataan konsultan hukum klien, ahli teknik yang berkaitan dengan kegiatan teknik operasional organisasi klien merupakan bukti yang berasal dari pihak ketiga. Bukti tertulis juga dibuat oleh manajemen bisa berasal dari organisasi klien tersebut.
8. Bukti Lisan atau Wawancara
Bukti lisan atau wawancara merupakan bukti selanjutnya adalah hal audit. Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak sekali berhubungan dengan manusia, sehingga ia memiliki kesempatan untuk mengajukan pertanyaan secara lisan dan dalam bentuk wawancara. Masalah dapat ditanyakan langsung pada pihak terkait meliputi kebijakan akuntansi, lokasi dokumen serta adanya pelaksanaan yang tidak wajar terjadi. Hal ini akan lebih valid jika auditor tetap melangsungkan wawancara demi mendapat jawaban dan bukti lisan. (Baca: Pengertian Persamaan Dasar Akuntansi)
9. Bukti Konfirmasi
Bukti konfirmasi merupakan salah satu proses untuk memperoleh dan menilai suati komunikasi langsung dari pihak ketiga atas jawaban permintaan informasi tentang unsur tertentu. Hal ini mungkin sangat tinggi reliabilitasnya karena berisikan informasi dari pihak ketiga langsung baik tulis maupun lisan.
Dalam konfirmasi sendiri ada yang memiliki nilai positif seperti halnya persetujuan, konfirmasi negatif atau mereka yang menyatakan ketidaksetujuannya terhadap informasi yang telah ditanyakan. Lalu terakhir adalah blank confirmation, dimana konfirmasi yang respondenya diminta untuk memberikan informasi lain atau jawaban atas suatu hal yang sedang ditanyakan.
10. Bukti Analitik
Bukti analitik hampir serupa dengan bukti perandingan, karena bukti analitik meliputi juga perbandingan atas pos tertentu antara laporan keuangan tahun berjalan dengan tahun yang sudah lewat. (Baca: Fungsi Laporan Keuangan)
Dalam perusahaan terutama, tahun sebelumnyapun masih menjadi dasar dan acuan untuk pertimbangan. Bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan objek pemeriksaan yang memerlukan pemeriksaan mendalam.
11. Bukti Keterangan
Permintaan keterangan dalam sebuah prosedur audit merupakan hal yang wajar, dimana hal ini dilakukan oleh auditor terhadap objek yang sudah dianggap memiliki informasi. Selain itu bukti keterangan ini didasarkan pada adanya auditor yang memastikan buktinya pada para klien.
12. Bukti Penelusuran
Penelusuran dibutuhkan oleh para auditor mengingat terkadang pengumpulan bukti dilakukan oleh auditor baik menggunakan dokumen ke catatan akuntansi ataupun sebaliknya. Bukti penelusuran ini memudahkan para auditor dalam menemukan jenis bukti audit lain. (Baca: Jenis Jenis Akuntansi)
13. Bukti Observasi
Bukti pengamatan merupakan salah satu bukti yang juga termasuk kedalam prosedur audit. Dimana auditor memiliki kesempatan untuk melihat dan menyaksikan suatu kegiatan yang berhubungan dengan pengumpulan bukti.
14. Bukti Perhitungan
Prosedur dan bukti perhitungan merupakan salah satu bukti fisik yang terpecah, yang dilakukan dalam auditing. Auditor akan mendapatkan bukti setelah melakukan counting, tak jarang mereka bahkan melakukannya sendiri untuk memastikan apakah hasil pekerjaan benar-benar real atau adanya manipulasi yang tidak diinginkan.
Perhitungan ini sejenis dengan pengujian detail transaksi, hal ini berguna untuk mendapatkan kebenaran transaksi, ketepatan otoritas transaksi akuntansi klien dan kebenaran. Jika auditor memiliki keyakinan bahwa transaksi tersebut telah dicatat dengan tepat maka auditor dapat meyakini bahwa saldo total buku besar tentulah benar. (Baca: 10 Pengertian Akuntansi Piutang)
15. Bukti Inspeksi
Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci, terhadap sebuah dokumen dan kondisi fisik yang memiliki kaitan serta menghasilakn bukti untuk mendukung laporan keuangan.Bukti ini dimasukan kedalam bukti dan prosedur dalam audit. (Baca: Unsur Unsur Laporan Keuangan)
Bukti audit memiliki variasi yang cukup banyak pengaruhnya, sehingga auditor independen dalam rangka memberikan pendapat mengenai laporan keuangan auditan. Relevansi, ketepatan waktu serta real atau objektif merupakan bukti audit yang dibutuhkan dan juga diharapkan.(Baca: Jenis Jenis Laporan Keuangan)
Adanya cukup banyak jenis bukti audit ini menunjukan bahwa keuangan dan laporannya merupakan hal yang harus memiliki perhatian ekstra, agar tidak terjadi kesalahan dan berujung pada salah paham atau berimbasnya baik klien, karyawan atau auditor itu sendiri. Agar tidak terjadi hal yang tidak diharapkan ketika dilakukan auditing.
Baca: