Siklus Akuntansi Biaya Paling Lengkap
Di dalam ilmu akutansi, terdapat sebuah bagian ilmu yang mempelajari mengenai sistem akuntansi yang terdapat di dalam sebuah perusahaan meliputi penentuan harga barang produksi, pencacattan, dan hal hal lainnya yang berkaitan dalam proses produksi. Secara umum, akutansi biaya adalah proses pencatatan, peringkasa, penggolongan, serta pelaporan biaya yang menggunakan cara-cara tertentu. Tujuan dari akuntansi biaya ini adalah untuk membantu menyediakan informasi yang berkaitan biaya kepada manajemen perusahaan. Informasi ini dapat digunakan untuk mengelola perusahaan. Sehingga kehadiran akuntansi biaya ini sangat penting di dalam sebuah perusahaan. Di dalam akuntansi biaya terdapat siklus akuntansi biaya. Apa itu siklus akuntansi biaya dan tujuannya? Berikut ini penjelasannya. (baca juga: Pengertian Akuntansi Piutang)
Pengertian Siklus Akuntansi Biaya
Siklus akuntansi biaya merupakan proses dari penyediaan informasi keuangan yang terdiir dari pencatatan data hingga menyusunnya ke dalam sebuah laporan keuangan yang berdasarkan pada tahapan-tahapan dalam penyusunan laporan keuangan. Laporan keuangan sendiri merupakan bentuk informasi keuangan dalam bentuk debit atau kredit sehingga mudah dipahami oleh pengguna informasi tersebut. Laporan keuangan juga harus bersifat relevan, mudah dimengerti serta dapat diperbandingkan. (baca juga: Pengelolaan Kas Kecil Perusahaan)
Misalnya saja dalam perusahaan industri atau manufaktur, tentunya terdapat kegiatan produksi seperti proses produksi mengolah bahan baku menjadi sebuah produk jadi yang dijual kepada konsumen. Melihat dari sini, maka dapat diketahui bila siklus akuntansi memiliki urutan-urutan di dalamnya, antara lain adalah:
- Menentukan harga dari bahan baku pokok yang akan dibeli dan harga bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.
- menghitung biaya dari tenaga kerja yang digunakan
- Menghitung biaya dari overhead public
Setelah menentukan biaya-biaya tersebut, maka selanjutnya perusahaan dapat menentukan harga dari produk yang akan dijual kepada konsumen tersebut. Untuk lebih memahami siklus akuntansi biaya, ada beberapa istilah-istilah yang perlu anda pahami terlebih dahulu.
- Bahan baku, merupakan bahan uatam yang diolah menjadi bentuk produk jadi dan penggunaannya dapat diidentifikasikan.
- Biaya bahan baku, merupakan biaya dari bahan utama yang digunakan dalam proses produksi.
- Bahan tambahan (penolong), merupakan bahan yang dapat diolah menjadi produk jadi namun penggunaannya tidak dapat teridentifikasi.
- Biaya tambahan (penolong), merupakan biaya dari bahan tambahan atau penolong yang digunakan dalam proses produksi.
- Biaya tenaga kerja, merupakan biaya yang digunakan sebagai tanda jasa kepada karyawan yang telah bekerja di dalam perusahaan.
- Biaya overhead public, merupakan biaya proses produksi namun selain dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. Dapat dikatakan bahwa biaya ini masuk ke dalam golongan biaya-biaya tambahan seperti biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tak langsung, biaya listrik dan air perusahaan, biaya asuransi, dan biaya-biaya overhead lainnya.
Setelah semua unsur-unsur di dalamnya lengkap, maka perusahaan dapat menggambarkan dasar dari penjurnalan siklus akuntansi biaya, seperti berikut:
- Mencatat bahan baku produksi yang digunakan
- Mencatat biaya dari bahan baku produksi
- Mencatat upah karyawan perusahaan
- Mencatat upah dalam proses produksi
- Mencatat hal-hal yang masuk dalam overhead pabrik
- Mencatat biaya overhead yang dikeluarkan selama proses produksi
- Mencatat pemindahan dari biaya overhead pabrik ke biaya overhead sesungguhnya.
- Mencatat proses produksi hingga selesai
- Mencatat semua produk produksi hingga sampai proses akhir.
Siklus Akuntansi Biaya Berdasarkan Jenis-Jenis Perusahaan
Secara umum, proses siklus akuntansi biaya pada sebuah perusahaan terdiri dari beberapa proses, antara lain adalah:
- Penjurnalan, mencatat nilai transaksi yang ada pada bukti-bukti dalam sebuah buku catatatan.
- Buku besar, proses pengklasifikasian atau pengelompokan dari nilai nominal pos akun masing-masing. Sehingga perusahaan dapat mengetahui saldo dari masing-masing akun.
- Neraca percobaan, biasanya hal ini disusun menjelang penutupan buku. Hal ini bertujuan agar dapat melihat input data yang ada di dalam jurnal umum apakah sudah sesuai dengan buku besar.
- Jurnal penyesuaian, menyesuaikan antara saldo yang ada pada akun dengan perhitungan fisik sebenarnya.
- Neraca lajur, hal ini dilakukan setelah melakukan penyesuaian namun saldo masih belum seimbang. Sehingga neraca lajur ini digunakan agar saldo seimbang.
- Laporan keuangan, setelah saldo seimbang maka laporan keuangan akan disusun dalam bentuk neraca, laporan perubahan ekuitas, dan laporan laba rugi.
- Jurnal penutup, hal ini dilakukan pada beberapa pos akun yang memiliki pengaruh pada laporan perubahan ekuitas dan laporan laba rugi.
- Jurnal pembalik, hal ini merupakan proses terakhir dalam siklus akuntansi biaya. Jurnal pembalik bertujuan untuk menutup pos-pos akun sebelumnya yang sudah ditutup.
- Neraca awal atau neraca akhir, disusun berdasarkan neraca pada neraca periode sebelumnya.
Tentunya siklus akuntansi biaya yang dimiliki tiap perusahaan akan berbeda satu sama lainnya. Hal ini dikarenakan siklus akuntansi biaya tentunya dipengaruhi dengan siklus kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Berikut ini beberapa siklus akuntansi biaya yang didasarkan pada jenis-jenis perusahaan tersebut. (baca juga: Jenis-Jenis Laporan Keuangan)
1. Siklus Akuntansi Biaya Pada Perusahaan Dagang
Siklus akuntansi biaya yang ada pada perusahaan dagang dimulai pada saat pembelian barang dagangan dengan tidak mengolahnya lebih lanjut dan kemudian diakhiri dengan penjualan kembali dari barang-barang tersebut kepada konsumen. Bila kegiatan perusahaan tersebut hanya membeli dan menjual barang atau produk, maka siklus akuntansi biaya dimulai dari saat pencatatan dari harga pokok barang dagangan yang dibeli. Kemudian diakhir dengan penyajian dari harga pokokb barang yang sudah dijual. Tujuan utama dari siklus akuntansi biaya di dalam perusahaan dagang adalah untuk menyajikan informasi yang terkait dengan harga pokok barang yang dijual, biaya administrasi, biaya pemasaran, hingga biaya-biaya umum lainnya.(baca juga: Jenis-Jenis Akuntansi)
2. Siklus Akuntansi Biaya Pada Perusahaan Jasa
Sebenarnya siklus akuntansi biaya pada perusahaan jasa sama dengan perusahaan dagang, hanya saja yang membedakan adalah jenis usaha yang dilakukan. Jika perusahaan dagang menjual barang. Namun pada perusahaan jasa, yang dijual dalam bentuk layanan jasa. Jika perusahaan dagang memiliki persediaan barang dagangan, namun tidak dengan perusahaan jasa. Pada perusahaan jasa, inti dari kegiatan usaha nya adalah untuk menyediakan pelayanan atau jasa. Siklus kegiatan dari perusahaan jasa adalah pada persiapan penyerahan jasa hingga jasa tersebut sudah berada pada penggunanya. Maka siklus akuntansi biaya dimulai dari pencatatan biaya-biaya yang digunakan untuk persiapan penyerahan jasa dan kemudian berakhir dengan penyajian harga jasa yang diserahkan kepada pengguna jasa. Tujuan dari adanya akuntansi biaya dalam perusahaan yang bergerak di bidang jasa adalah untuk menyajikan informasi mengenai harga pokok per satuan jasa yang digunakan oleh pengguna jasa. (baca juga: Prinsip-Prinsip Akuntansi)
3. Siklus Akuntasi Biaya Pada Perusahaan Manufaktur
Pada perusahaan bidang manufaktur, siklus kegiatan dari perusahaan ini dimulai saat pengolahan bahan baku pada proses produksi dan diakhiri dengan penyerahan produk ke dalam gudang penyimpanan. Sehingga siklus akuntansi biaya yang ada pada perusahaan manufaktur dimulai dari pencatatan harga dari bahan-bahan baku yang akan diproses kemudian mencatat biaya-biaya yang dikeluarkan lainnya seperti biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, dan lainnya. Setelah itu, siklus akuntansib biaya diakhiri dengan menyajikan harga pokok produk yang sudah jadi kepada bagian gudang produksi.
baca juga:
Tujuan dari adanya akuntansi biaya pada perusahaan manufaktur adalah untuk menyajikan informasi dari harga produk per unit yang akan dipasarkan. Selain itu, siklus akuntansi biaya juga digunakan untuk mengikuti proses produksi dari produk atau barang. Mulai dari memasukkan bahan baku hingga menjadi sebuah produk jadi yang siap dipasarkan. Tentunya siklus akuntansi biaya yang ada harus mengikuti dari proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan. (baca juga: Transaksi Bisnis Perusahaan)
Siklus Akuntansi Biaya Pada Metode Harga Pokok Pesanan
Metode harga pokok pesanan merupakan metode pengumpulan biaya-biaya produksi yang nantinya akan membantu untuk menentukan harga pokok dari produk yang diproduksi perusahaan tersebut. Tujuan dari penggunaan metode ini adalah agar perusahaan dapat menentukan harga pokok produk baik pada setiap satuan maupun secara keseluruhan dari setiap pesanan. Dalam metode harga pokok pesanan, akan dikumpulkan pesanan-pesanan serta harga pokok produksi untuk setiap satuannya. Kemudian dihitung dengan cara membagi total biaya produksi pada pesanna dengan jumlah satuan produk dalam setiap pesanan yang ada. (baca juga: Fungsi Buku Besar Dalam Akuntansi)
Pada pengumpulan harga pokok dari pesanna, semua biaya yang dikumpulkan pada tiap pemesanan akan dipisahkan menurut identitasnya. Atau dengan kata lain, penentuan dari harga pokok pesanan merupakan sistem akuntansi yang menelusuri biaya setiap unit individual atau pekerjaan, kontrak ataupun tumpukan produk yang spesifik.
Pembahasan dari metode harga pokok produksi dimulai dari menguraikan prosedur pencatatan dari biaya bahan baku produksi dan dilanjutkan dengan menguraikan pencatatan biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik hingga mencatat harga produk yang sudah jadi.
1. Pembelian Bahan Baku dan Bahan Penolong
Perusahaan akan menggunakan dua rekening yang akan digunakan untuk mencatat persediaan bahan baku serta bahan penolong. Dalam pembelian tersebut akan tercatat di dalam jurnal dengan format berikut:
Jurnal 1: Untuk pembelian bahan baku
Persediaan bahan baku Rp…..
Utang Dagang Rp…..
Jurnal 2: Untuk pembelian bahan penolong
Persediaan bahan penolong Rp……
Utang dagang Rp……..
2. Penggunaan Bahan Baku dan Bahan Penolong dalam Proses Produksi
Untuk mencatat bahan baku yang akan digunakan dalam setiap pesanan, maka perusahaan akan menggunakan dokumen yang digunakan sebagai bukti permintaan pengeluaran dari gudang. Pencatatan penggunaan bahan baku dalam metode harga pokok pesanan dilakukan dengan cara mendebitkan rekening barang yang digunakan dalam proses produksi dan mengkreditkan rekening persediaan bahan baku bedasarkan dokumen permintaan dan pengeluaran yang dikeluarkan oleh gudang produksi. (baca juga: Pengertian Kas Kecil)
3. Mencatat Biaya Tenaga Kerja
Dalam metode ini, perusahaan harus memisahkan antara upah tenaga kerja langsung dan upah tenaga kerja tak langsung. Untuk upah tenaga kerja langsung, akan dilakukan pencatatan dengan mendebitkan barang yang digunakan dalam proses produksi serta mencatatnya dalam kartu harga pokok pesanan. Untuk upah tenaga kerja tak langsung, maka pencatatannya dilakukan dengan mendebitkan biaya overhead pabrik yang sebenarnya.
4. Mencatat Biaya Overhead Pabrik
Untuk pencatatan biaya overhead pabrik ini terbagi menjadi dua bagian, antara lain adalah:
- Pencatatan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk yang didasarkan pada tairf yangs udah ditentukan sebelumnya. Kemudian dicatat dengan mendebitkan rekening barang ke dalam proses dan mengkreditkan ke dalam rekening biaya overhead pabrik.
- Pencatatan biaya overhead pabrik sebenarnya akan dicatat dengan cara mendebitkan rekening biaya overhead pabrik yang sebenarnya. (baca juga: Dasar-dasar Akuntansi Keuangan)
5. Mencatat Harga Pokok Produk Jadi
Harga pokok produk pesanan yang telah jadi, dapat dihitung dengan menggunakan informasi dari biaya yang sudah dikumpulkan ke dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.
6. Mencatat Harga Produk Dalam Proses Produksi
Pada akhir periode, akan ada kemungkinan bila pesanan yang dipesan oleh konsumen belum selesai diproduksi. Biaya yang dikeluarkan pada pesanan tersebut dapat dilihat pada kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan. Setelah itu barulah dibuat jurnal yang mencatat persediaan produk yang digunakan dalam proses produksi dengan cara mendebitkan rekening persediaan produk serta mengkreditkan rekening barang yang digunakan.
7. Mencatat Harga Pokok Produk Yang Dijual
Harga produk yang akan diserahkan kepada pemesan kemudian dicatat dalam rekening harga pokokpenjualan serta rekening persediaan produk yang sudah jadi.
8. Mencatat Pendapatan Penjualan Produk
Pendapatan yang diperoleh dari proses penjualan produk akan dicatat dengan cara mendebitkan rekening piutang dagang serta mengkreditkan rekening dari hasil penjualan.
Nah itu tadi penjelasan rinci mengenai siklus akuntansi biaya. Setiap perusahaan tentunya memiliki siklus akuntansi biaya yang berbeda tergantung dari kegiatan yang dilakukan dalam perusahaan. Semoga informasi diatas dapat bermanfaat bagi anda.